Daerah

Makmurkan dan Bangun Jejaring, Cegah Masjid dari Kelompok Radikal

Kam, 21 November 2019 | 11:00 WIB

Makmurkan dan Bangun Jejaring, Cegah Masjid dari Kelompok Radikal

M Imdadun Rahmat, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat memberi materi pada Pelatihan Takmir, Khatib, dan Dai Nasional yang digelar oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (21/11). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Cirebon, NU Online
Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah umat Islam tak sedikit yang terinfiltrasi gerakan radikal. Mereka masuk menyusup dari berbagai sisi demi tersiarnya paham keagamaan mereka kepada khalayak banyak. Hal ini tentu harus dicegah oleh para pengurus takmir masjid agar masyarakat sekitar terjaga dari hal tersebut.
 
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) M Imdadun Rahmat menyampaikan bahwa hal tersebut bisa dicegah dengan memakmurkan dan mengaktifan kegiatan di masjid secara intens yang diisi oleh ustaz, kiai, atau dai yang moderat.
 
“Aktifkan lagi kegiatan-kegiatannya di masjid,” katanya saat ditemui NU Online usai mengisi Pelatihan Takmir, Khatib, dan Dai Nasional yang digelar oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (21/11).
 
Ia meminta para takmir untuk tidak memberi ruang kosong bagi mereka. Artinya, masjid harus steril dari ustaz dan dai yang sudah terindikasi radikal. Sebab katanya, jika ada peluang setelah partisipasi bisa diraih, mereka akan naik ke level mendominasi. Hal itu akan terus berlanjut ke tingkatan selanjutnya, yakni menguasai dan bahkan bisa berujung pada menyingkirkan.
 
Meskipun demikian, ia juga meminta agar tidak menutup pintu partisipasi. Sebab, masjid dibangun untuk publik, bukan eksklusif untuk orang-orang tertentu saja, meskipun pendiriannya dari perseorangan atau kelompok. “Haram melarang orang aktif mengikuti atau bikin pengajian,” kata Direktur Said Aqil Siroj Institute itu.
 
Hal tersebut, menurutnya, harus ditunjang dengan kualitas penceramah, kiai, ustaz, khatib, dan dai di masjid tersebut. “Kualitas kiai ustaz yang kita sajikan juga jangan ecek-ecek karena masyarakat sekarang berada dalam pasar bebas agama. Mereka selalu mencari murah dan bagus,” katanya.
 
Imdad juga mengatakan bahwa para pengurus takmir masjid harus membuka jejaring dengan pengurus takmir masjid lainnya. Karenanya, ia mengapresiasi keberadaan LTM NU yang menjaring para takmir dalam satu naungan kelembagaan untuk memperkuat sinergitas saling menjaga, mengingatkan, dan berbagi untuk mengembangkan masjid. Pola ini juga yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal.
 
“Strategi berjejaring. Masjid yang sudah dikuasai akan membantu kader-kader mereka di masjid lain. Kita juga perlu begitu, makanya keberadaan LTM penting pada aspek jejaring,” pungkasnya.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin