Nasional FESTIVAL TAJUG

Metode Dakwah Tak Kalah Penting dari Kontennya

Rab, 20 November 2019 | 01:30 WIB

Metode Dakwah Tak Kalah Penting dari Kontennya

Pengasuh Pondok Pesantren Binan Insan Mulia KH Imam Jazuli (kiri) dan Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani (kanan) di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/11). (NU Online/Syakir NF)

Cirebon, NU Online
Dakwah merupakan kegiatan menyiarkan ajaran agama. Hal ini penting guna tersebarnya nilai-nilai relijius dan dipraktikkan oleh para pendengarnya. Para dai, penyampai dakwah, harus menyiapkan konten terbaik untuk disampaikan kepada khalayak. Namun, hal yang tak kalah penting dari konten adalah metode penyampaiannya.

"Metode itu sesungguhnya lebih penting dari konten," kata KH Imam Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, saat berbicara pada Pelatihan Takmir, Dai, dan Khatib Nasional di pesantren asuhannya, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/11). Pelatihan itu sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Festival Tajug 2019.

Hal itulah yang menjadi prinsipnya sejak awal. Tak ayal, ia berhasil menjadi dai dan trainer di tingkat nasional. Meski materinya sama, tetapi jika dilakukan dengan metode yang berbeda, hasilnya pun akan berbeda.

"Yang dikedepankan kita adalah metodenya. Mahal murahnya bukan dari konten tapi dari metode," kata kiai alumnus Pondok Pesantren Kempek Cirebon dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu.

Soal metode ini, katanya, jarang diperhatikan oleh Nahdliyin. Padahal secara keilmuan, orang NU, menurutnya, sangatlah luas dan mendalam. Saking 'alimnya, ketika ada yang tanya hukum persoalan tertentu, malah dikembalikan dengan pilihan haram atau halal. Sebab, keduanya ada dalilnya.

Namun karena pembungkusan materinya yang tidak menarik. Sementara orang-orang di luar NU mengemas materinya dengan sederhana dan menarik sehingga banyak orang yang menaruh minat padanya. Padahal, materi yang dibicarakannya sama. 

"Kita masih kerap menggunakan ceramah model zaman dulu," katanya.

Oleh karena itu, Kiai Imam menyampaikan salah satu metode paling ampuh menarik minat jamaah adalah dengan melontarkan humor atau guyon. Hal tersebut diyakini menjadi penting mengingat mayoritas jamaah sudah tertekan dengan beragam persoalan hidupnya.

"Kita ini orang stres semua, rumah tangga, ekonomi. Orang yang datang ke majelis taklim itu yang dibutuhkan adalah hiburan," kata kiai yang menamatkan studi sarjananya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.

Ia mengingatkan agar para dai dapat mengerti psikologi pasar, target pendengar yang disasarnya. Dengan begitu, mereka akan menaruh perhatiannya.

Meskipun demikian, Kiai Imam juga menekankan bahwa dalam guyon tersebut juga harus diselipkan nilai-nilai relijius yang menyentuh. "Walaupun itu hiburan tapi selingi dengan nilai-nilai, konten-konten," ujarnya.

Ia mencontohkan wayang sebagai salah satu metode dakwah wali juga merupakan hiburan. Tetapi tontonan tersebut sarat akan tuntunan, nilai-nilai relijius. "Wayang juga hiburan tapi mengandung nilai," pungkasnya.

Dalam forum tersebut, hadir Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani, Wakil Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) Ali Sobirin, dan para narasumber pelatihan.

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Tajug 2019 yang puncaknya bakal dihelat di Keraton Kasepuhan pada akhir pekan ini.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad