Daerah

Makna Hari Kartini di Mata Para Pelajar NU Kudus

NU Online  ·  Rabu, 22 April 2015 | 02:01 WIB

Kudus, NU Online
Hari Kartini yang selalu diperingati setiap 21 April lebih dari sekadar berkebaya ria atau perayaan sejenis lainnya. Hari Kartini adalah momentum menghayati, meneladani, dan meneruskan perjuangan RA Kartini yang telah mengangkat harkat dan martabat wanita Indonesia.
<>
Demikian rangkuman dari pandangan beberapa  pelajar madrasah NU di Kudus yang dihubungi NU Online terkait makna hari peringatan Hari Kartini yang tahun ini jatuh pada hari Selasa (21/4) kemarin.

Menurut pelajar SMANU Al-Ma'ruf Riska Rahayu Lestari, hari kartini bukan hanya sebagai hari penghormatan pahlawan emansipasi wanita ini namun juga merupakan momen dimulainya revolusi kedudukan kaum wanita.

"Munculnya RA Kartini, wanita mulai diberi kesempatan yang  lebih luas untuk menggenggam dunianya, khususnya lewat pendidikan yang menjadi aspek penentu kedudukan seseorang," ujarnya.

Ketua Pimpinan Komisariat (PK) IPPNU Al-Ma'ruf ini menegaskan, Hari Kartini telah menjadi semangat baru wanita Indonesia untuk menyuarakan kedudukan dan perannya, bukan sebagai 'konco wingking' (di belakang) kaum lelaki. Wanita mempunyai impian untuk menggenggam dunia dengan cara mereka sendiri.
 
"Namun tetap digarisbawahi bahwa hari kartini bukan hari di mana kodrat wanita lebih tinggi daripada lelaki. Tetapi lebih  kepada wanita punya tangan sendiri," kata Riska.
 
Siswi MANU Mu'allimat Inas Arna Ramaddhani mengutarakan, kemeriahan Hari Kartini bermakna mengenang jasa tokoh kelahiran Jepara yang telah memperjuangakan kaum wanita dengan mengembalikan harkat dan martabatnya.
 
"Hal itu juga bagian untuk instrospeksi diri apakah kita ini sudah mampu  untuk menjadi Kartini masa kini  atau tidak, termasuk siapkah sebagai Kartini-Kartini sejati di masa depan?" ujar Inas yang juga ketua Forkapik IPNU-IPPNU Kudus.
 
Senada dengan Inas, siswi MANU Nurussalam Besito Gebog Amalia Sholikhah menilai RA Kartini telah menjadikan wanita tidak dipandang remeh. Adik RM Sosrokartono itu mampu menjadikan wanita mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.
 
"Seperti halnya dulu wanita hanya di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tetapi berkat jasa RA Kartini sekarang banyak wanita yang berkarir," katanya.
 
Jaga martabat wanita
 
Sementara siswi MANU Ibtidaul falah Samirejo Dawe Aang Riana Dewi mempunyai pandangan berbeda. Menurutnya, makna Kartini bukan terdapat pada perayaannya tetapi penghayatan atas perjuangannya.

"Sebab, RA Kartini telah memang memperjuangkan derajat wanita. Tetapi fenomena yang terjadi (sekarang) wanita (masih) cenderung dilecehkan.Terbukti dari banyaknya kasus kriminal yang menimpa kaum hawa," ungkapnya.
 
Lantas bagaimana meneladani perjuangan RA Kartini dalam konteks kekinian? Riana berpandangan kaum wanita harus menjaga harkat dan martabatnya seraya tidak merendahkan diri.  
 
"Wanita harus menjaga pergaulannya, tidak terlalu bebas dan berlebihan. Dengan begitu, tidak akan diremehkan apalagi dilecehkan," kata wakil ketua OSIS MA Ibtidaul Falah ini.
 
Sedangkan Riska menyatakan, meneladani perjuangan RA Kartini mungkin sangat sulit. Tetapi sebagai pelajar, harus senantiasa memanfaatkan kesempatan pendidikan yang ada dan yang telah diperjuangkan RA Kartini guna mengembangkan dunia yang lebih luas.
 
"Pelajar wanita harus berpikir proaktif untuk perkembangan pendidikan ke depan dengan senantiasa berkarya  untuk memanfaatkan pendidikan. Pelajar wanita harus punya prinsip, belajar bukan karena formalitas tapi kebutuhan,"tandas siswi kelas XI SMANU AL-Ma'ruf ini. (Qomarul Adib/Mahbib)