Daerah

Malam Ini, Gedung Markas Besar Oelama di Sidoarjo Diresmikan

Sab, 16 November 2019 | 14:00 WIB

Malam Ini, Gedung Markas Besar Oelama di Sidoarjo Diresmikan

Peresmian gedung Markas Besar Oelama (MBO) di Sidoarjo oleh KH Marzuki Mustamar. (Foto: NU Online/Bangjoe)

Sidoarjo, NU Online
Kiprah dan khidmat para ulama pada awal kemerdekaan demikian nyata. Apalagi sejumlah tempat bersejarah ditemukan dalam beberapa waktu terakhir. Tugas generasi muda merawat warisan sejarah dan menggerakkan kembali sentrum perjuangan kiai dan santri.
 
Penegasan ini disampaikan Koordinator Tim Penyelamatan Aset NU, Tapak Tilas dan Renovasi Gedung Markas Besar Oelama (MBO) Zaman Kemerdekaan RI, H Moh Syukron Dosi, Sabtu (16/11) malam.
 
“Sebagai palagan pertempuran melawan Belanda dan sekutunya, Surabaya, Sidoarjo dan wilayah di sekitarnya menyimpan  banyak cagar budaya berkaitan perjuangan kaum Republik. Satu di antaranya adalah gedung Markas Besar Oelama atau MBO di sekitar Waru Sidoarjo,” kata H Syukron kepada NU Online.
 
Menurut pria yang juga Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini, MBO adalah tempat berkumpulnya para ulama yang dipimpin oleh Kiai Bisri Syansuri sebagai kepala staf dan menjadi sentrum komando barisan Mujahidin yang dipimpin KH Abd Wahab Chasbullah untuk perjuangan 10 November 1945. 
 
“Di markas MBO ini, konon KHM Hasyim Asy’ari, KH Abd Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri mengkoordinir para kiai sepuh berkumpul,” jelasnya.
 
Dan dari berkumpulnya para kiai kenamaan tersebut, dirancanglah strategi perang yang akhirnya melecut peristiwa 10 November yang kini diperingati sebagai hari pahlawan.
 
“Karenanya, PWNU Jawa Timur berupaya mengembalikan rumah, aset sejarah yang berharga kembali kepada NU,” ungkap alumnus Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.
 
Dalam pandangannya, NU terus berupaya menjaga dan melestarikan cagar budaya peninggalan sejarah agar tetap menjadi bukti untuk generasi yang akan datang tentang nasionalisme para ulama pada era revolusi perjuangan.
 
Lebih lanjut disampaikan bahwa sejarah memastikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah wujud dari perjuangan  para pendiri bangsa yang gigih berjihad melawan penjajah dengan mengorbankan nyawa dan harta
 
“Keterlibatan para kiai dan santri tidak bisa disangsikan dengan banyak bukti sejarah yang sulit terbantahkan. Dan MBO adalah salah satunya bukti sejarah itu. Di markas ini kiai dan santri bertemu untuk menyatukan tekad agar tidak kendur jihad untuk NKRI,” terangnya.
 
Dan dari gedung yang penuh sejarah ini pula, para kiai dan santri berkumpul, mengatur strategi melawan penjajah sebagai keterpanggilan agar Indonesia tetap merdeka. Dan semuanya harus diwujudkan dengan satu komando. 
 
“Sebab, satu komando adalah kunci sukses melawan penjajah,” tegasnya.
 
Atas sejumlah fakta yang ada, generasi muda NU sebagai penerus perjuangan wajib bersyukur agar Allah SWT terus memberkahi bangsa ini. 
 
“Karena itu, MBO harus menjadi pengingat kita khususnya kalangan santri yang setia pada dawuh kiai untuk terus mencintai NKRI. Sebab kekuatan dan kelemahannya tergantung pada kadar kita dalam mencintai bangsa,” ungkapnya. 
 
H Syukron menjelaskan, lewat momentum napak tilas sejarah MBO, PWNU Jatim mengajak seluruh elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai permasalahan yang ada.
 
“Mencari langkah-langkah antisipatif terhadap kecenderungan perkembangan di masa depan, serta rekonsiliasi di antara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut,” ungkapnya.
 
Dirinya memastikan bahwa MBO memancar energi hubbul wathan minal iman atau cinta bangsa adalah bagian dari iman, yang tidak pernah kendur hingga penjajah mundur.
 
Di akhir penjelasan, dirinya berharap semoga spirit para ulama dan kiai serta santri pada awal kemerdekaan terus menginspirasi kalangan generasi muda saat ini.
 
“Yakni untuk tetap kuat dan istikamah dalam thariqah Aswaja al-Nahdliyah dan konsisten bersama para kiai menjaga NKRI dari ancaman pihak-pihak mana pun dan dengan cara apa pun,” pungkasnya. 
 
Gedung Markas Besar Oelama atau MBO berada di Jalan Satria RT 17 RW 03 Kedungrejo, Waru, Sidoarjo. 
 
KH Marzuki Mustamar selaku Ketua PWNU Jatim malam ini meresmikan keberadaan gedung tersebut bersama H Sholeh Hayat dan KH Abd Salam Sochib. 
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR