Daerah

Malu dan Tak Mau Mengaji adalah Sombong

Ahad, 26 Agustus 2018 | 09:00 WIB

Malu dan Tak Mau Mengaji adalah Sombong

Mengaji (Ilustrasi Ist.)

Pringsewu, NU Online
Di era saat ini banyak masyarakat yang belajar khususnya ilmu agama Islam melalui cara yang instan. Dengan berbagai perangkat yang merupakan hasil dari perkembangan teknologi, masyarakat dengan mudah mengakses banyak ilmu dan informasi yang disebarkan oleh orang lain. Banyaknya informasi dan Kemudahan ini mengakibatkan banyak orang yang tidak selektif dalam memilah dan memilih informasi yang didapat.

Masyarakat cenderung malas menggali lebih dalam informasi yang didapat guna memastikan keabsahan informasi ataupun pemahaman agama yang ia dapatkan. Sehingga hal ini memunculkan permasalahan lain seperti merasa paling benar dan lebih berbahaya lagi memiliki paham sesat dan menyesatkan.

Menyikapi kondisi ini Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wustho Pringsewu KH Ahmad Nasihin mengingatkan umat Islam untuk membuka diri dan terus belajar ilmu agama (mengaji). Menukil Kitab Jawahirul Bukhari, ia menegaskan bahwa orang yang tidak mau ataupun malu mengaji merupakan orang yang sombong.

“Dalam Kitab Jawahirul Bukhari yang merupakan ringkasan dari syarah (penjelasan) kitab Bukhari ditegaskan bahwa salah satu tanda orang yang sombong adalah tidak mau mengaji,” tegasnya di hadapan jamaah Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Aula Gedung NU Pringsewu, Lampung, Ahad (26/8).

Kiai Nasihin menambahkan bahwa mengaji merupakan sebaik- baik Jihad. Karena dengan mengaji akan tahu bagaimana beragama dengan benar. Jihad bukanlah meneriakkan takbir dengan dalih memperjuangkan agama namun sebenarnya dilandasi dengan emosi dan disulut oleh fitnah dan kebencian.

“Ngaji merupakan bentuk amal shaleh dan jihad dengan sungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah,” tegas Wakil Rais Syuriyah MWC NU Kecamatan Pringsewu ini.

Sementara itu Mustasyar PCNU Kabupaten Pringsewu, KH Sujadi yang hadir pada Jihad tersebut , mengingatkan bahwa amal shaleh merupakan bayangan dari iman seseorang. Keimanan seseorang dapat terlihat dari amal perbuatan baiknya yang ia lakukan kepada orang lain.

“Amal shaleh bisa didefinisikan sebagai perbuatan berupa melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menjauhkan hal-hal yang mudharat (merugikan) baik bagi diri maupun bagi orang lain,” jelas Kiai yang juga Bupati Pringsewu ini.

Dengan berbagai nikmat yang telah dianugerahkan kepada manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, manusia harus terus senantiasa berupaya untuk menjadi khalifah yang baik. Diantara upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terus senantiasa mengaji mencari ilmu untuk mewujudkan kehidupan di dunia yang dipenuhi dengan kemaslahatan. (Muhammad Faizin)