Daerah ZIARAH

Menelusuri Jejak Ki Ageng Rogosasi Tumang

Ahad, 3 November 2013 | 18:09 WIB

Boyolali, NU Online
Bagi Masyarakat Tumang Boyolali, nama Ki Ageng Rogosasi tentu tak asing bagi mereka. Nama tersebut merupakan seorang penyebar Islam di daerah setempat, yang konon merupakan keturunan Sunan Ampel. NU Online mencoba untuk menelusuri jejaknya di Desa Tumang, Ahad (3/11).
<>
Untuk mencapai Desa Tumang, yang terletak di lereng Gunung Merapi, dari Boyolali kota kami naik ke arah Cepogo. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 km, sampailah kami di Cepogo. Beberapa kali kami mesti bertanya kepada penduduk setempat, karena letaknya yang cukup terpencil, sampai akhirnya kami menemukan sebuah komplek makam.

Di pintu gerbang, terdapat tulisan Rogosasi dalam bahasa Jawa. Namun, kami mesti naik dahulu, karena makam terletak di puncak sebuah tanah berbukit. Makam terletak di sebuah bangunan yang dikelilingi pohon-pohon besar. Sayangnya, sampai di makam, pintu masih terkunci. Kami pun berinisiatif untuk mencari juru kunci makam.

Dari penuturan salah seorang warga, kami ditunjukkan sebuah rumah milik Muhammad Isnin, sang juru makam. Namun, rupanya keberuntungan sedang tidak berpihak dengan kami. Juru makam yang kami harapkan bisa kami korek informasi, pergi ke Blitar.

Pangeran Mataram Islam
Tak ingin pulang dengan tangan hampa, kami menemui salah seorang warga setempat, Sritanto. Dari keterangannya, kami mendapat sebuah fakta menarik, bahwa Ki Ageng Rogosasi ternyata masih ada hubungannya dengan Kiai Hasan Munadi Nyatnyono (Ungaran), soerang tokoh yang diyakini banyak orang sebagai seorang waliyullah. Juga tentang jalur kelimuannya. “Ki Ageng Rogosasi merupakan murid dari Sunan Kalijaga,” ungkap Sritanto.

Dari beberapa informasi yang kami kumpulkan, Ki Rogosasi ini juga merupakan seorang Pangeran Kerajaan Mataram Islam, yakni putera pertama Amangkurat I dari permaisuri Ratu Labuhan.

Bersama Ki Empu Supandriya, Rogosasi menyebarkan Islam di sana, dengan mendirikan sebuah masjid dan padepokan di daerah Gunungsari Tumang. Jejak ajarannya oleh masyarakat Tumang, salah satunya dikenal dengan nama Pelajaran Tauhid Panembah Sejati Tunggal.

Di masa setelah meninggalnya, makamnya sering didatangi para peziarah dari berbagai daerah. Meskipun demikian, Menurut Sriyanto peringatan haul untuk Ki Rogosasi belum pernah diadakan. Baru pada tahun ini, warga yang didukung pihak kelurahan berencana untuk mengadakannya. “Jumat besok, rencana akan diadakan pertama kali haul Ki Rogosasi,” pungkasnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)