Solo, NU Online
Novel “Dari Hari ke Hari” yang ditulis oleh Mahbub Djunaidi sedikit banyak mengabadikan peristiwa-peristiwa penting yang dialaminya ketika ikut pindah ke Kota Solo, Jawa Tengah.
Lewat tokohnya di novel yang memenangi sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1974 ini, Mahbub Djunaidi dengan apik juga mampu menjelaskan kondisi Kota Solo pada masa revolusi.
“Ketika membaca novel ini, saya cenderung mencocok-cocokkan baik itu ketika berbicara mengenai latarnya yang berada di Kota Solo ataupun sejarahnya,” kata aktivis PC PMII Kota Surakarta Dimas Suro Aji, saat menjadi pembicara dalam acara Diskusi dan Bedah Tokoh Mahbub Djunaidi, Sabtu (28/10).
Sementara itu, menurut pegiat sastra di Solo Fanny Chotimah, kesukaan Mahbub akan menulis sudah dimulai sejak ia kecil.
“Mahbub itu selalu menulis setiap hari, kedisiplinan dalam menulis sudah ada sejak kecil yang dibuktikan dengan didirikannya majalah siswa di sekolahannya. Oleh karena itu, passion yang dimilikinya dalam menulis sangat kuat,” tuturnya.
Fanny juga berpesan untuk dapat mengambil ibrah dan meneladari sosok Mahbub Djunaidi. “Sehingga acara semacam ini tidak sekadar menjadi acara monumental yang hanya diperingati setiap tahunnya,” ungkap dia.
Acara diskusi dan bedah tokoh Mahbub Djunaidi yang bertemakan jejak Mahbub Djunaidi di Kota Solo ini merupakan puncak dari rangkaian peringatan haul Mahbub Djunaidi yang ke-22. Kegiatan ini diselenggarakan oleh LSO Jurnalistik PMII Komisariat Kentingan.
“Sebelum acara diskusi dan bedah tokoh Mahbub Djunaidi ini, telah dilaksanakan beberapa rangkaian acara antara lain seperti; bedah film dokumenter Mahbub Djunaidi, pelatihan desain dan jurnalistik serta beberapa lomba seperti lomba menulis essai, resensi dan puisi,” jelas salah satu panitia, Isna Luthfa Haniati. (Ajie Najmuddin/Fathoni)