Daerah

Mengapa Maulid Nabi Terus Diperingati?

Sen, 4 November 2019 | 15:30 WIB

Mengapa Maulid Nabi Terus Diperingati?

KH A Said Asrori menyampaikan sambutan dari pihak keluarga serta membacakan manakib masyayikh Pondok Leteh Rembang. (Foto: NU Online/Ahmad Hanan)

Rembang, NU Online
Bulan Rabiul Awal atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan bulan Maulid merupakan bulan di mana makhluk yang paling sempurna, Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke dunia.
 
Beragam ekspresi dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut dan memeriahkan bulan tersebut. Salah satunya adalah mengadakan peringatan Maulid Nabi.
 
Menurut KH Ahmad Said Asrori, peringatan Maulid Nabi merupakan upaya dan ikhtiar dalam menanamkan kecintaan kepada Rasulullah.
 
“Peringatan kelahiran Nabi Muhammad merupakan ikhtiar untuk menanamkan kecintaan pada Rasulullah SAW dalam hati kita semua,” jelasnya, Sabtu malam Ahad (2/11) di acara Peringatan Maulid Nabi dan Haul Masyayikh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah di halaman pesantren setempat.
 
Kiai yang termasuk ke dalam jajaran Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini melanjutkan dengan merujuk kepada hadits sahih Nabi, yang menyatakan bahwa keimanan seseorang tidaklah sempurna manakala dalam hatinya belum ada kecintaan kepada Rasulullah melebihi kecintaannya kepada makhluk lainnya.
 
“Hal ini sesuai dengan hadis sahih Nabi La yu'minu ahadukum hatta akuna ahabba ilaihi min walidihi wawaladihi wannasi ajma'in. Yang artinya adalah iman kita tidak dianggap sempurna manakala jika dalam hati kita belum ada kecintaan pada Kanjeng Nabi yang itu melebihi dari semua makhluk Allah,” ungkapnya.
 
“Sehingga salah satu upaya supaya keimanan kita bisa sempurna kalau bisa dalam hati kita ini hubburrasul, kecintaan kita pada Rasulullah melebihi kecintaan kita kepada seluruh manusia,” imbuhnya.
 
Atas dasar itu, kiai asal Magelang ini mengatakan kenapa umat Islam tak henti-hentinya menyelenggarakan peringatan maulid Nabi pada saat memasuki bulan Rabiul Awal.
 
“Makanya ketika kita memasuki bulan Rabiul awal ini tidak henti-hentinya dalam mengagungkan peristiwa yang menjadi kenikmatan dari Allah yang paling besar yang diberikan kepada umat manusia,” bebernya.
 
Di akhir, dirinya mengajak para jamaah yang hadir untuk menanamkan rasa cintanya kepada Rasulullah SAW. Termasuk juga kepada para masyayikh pondok (ulama), sebab mereka merupakan pewaris para Nabi.
 
“Oleh karena itu, pada malam hari ini, kita semua bersama-sama hadir dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sekaligus menanamkan mahabbah, rasa cinta kepada para pewaris Nabi, yakni para masyayikh Pondok Leteh ini, beliau semua merupakan waratsatul anbiya',” tutupnya.
 
Pada kesempatan ini hadir KH Baha’uddin Nur Salim (Gus Baha’) sebagai pembicara utama, Habib Said Agil Al-Munawar, KH Said Aqil Siroj, KH Yusuf Chudlori, dan beberapa tamu undangan lainnya.
 
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Syamsul Arifin