Daerah

Walau Tak Pernah Bertemu, Kenapa Kangen pada Rasul?

Ahad, 3 November 2019 | 08:30 WIB

Walau Tak Pernah Bertemu, Kenapa Kangen pada Rasul?

Pengasuh Pesantren Tahfidzul Quran Al Husna Pringsewu, Lampung KH Abdul Hamid saat memberikan tausiyah dalam acara Maulid Nabi dan Khaul Masyayekh Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Jawa Timur di Desa Margoyoso Tanggamus. (Foto: NU Online/Faizin)

Tanggamus, NU Online

Seberapa cinta dan rindu kita kepada Rasulullah SAW? Jika dijawab dengan sangat cinta kepadanya, apakah bisa dibuktikan? Padahal kita belum pernah melihat beliau secara langsung. Jika kita memang benar-benar mencintai dan merindukannya berarti kita termasuk yang diakui beliau sebagai saudaranya, yang juga dirindukannya.

 

Rasulullah SAW pernah menyatakan rindu untuk berjumpa dengan umatnya yang beliau sebut sebagai saudaranya di depan para sahabatnya. Abu Bakar pun bertanya mengapa beliau berkata demikian. "Bukankah aku saudara-saudaramu?” tanya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Rasulullah SAW menjawab bahwa Abu Bakar bukanlah saudaranya melainkan sahabatnya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa saudara-saudaranya adalah mereka yang belum pernah melihatnya tetapi mereka beriman kepadanya dan mereka mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi anak dan orang tua mereka.

 

Itulah penjelasan Pengasuh Pesantren Tahfidzul Quran Al Husna Pringsewu, Lampung KH Abdul Hamid pada acara Maulid Nabi dan Khaul Masyayekh Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Jawa Timur di Desa Margoyoso Tanggamus, Sabtu (2/11) malam.

 

Menurut Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Pringsewu ini, rasa cinta dan kangen umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW memang sudah ditanamkan oleh Allah. Jarak waktu yang sangat jauh tidak menjadi halangan untuk terus memupuk rasa cinta dan kengen ini.

 

Oleh karena itu, lanjutnya, salah satu bentuk mempertahankan dan menambah cinta kepada Rasulullah SAW adalah dengan istiqamah melakukan peringatan maulid.

 

"Istiqamahkan maulid. insyaallah banyak berkahnya," ajaknya.

 

Memasuki bulan Maulid ini umat Islam harus terus meningkatkan keyakinan dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Syafaat beliau akan diraih bagi umatnya yang sering bershalawat kepadanya. Keyakinan ini menurutnya penting karena telah disebutkan dalam salah satu syair Kitab Al-Imrithi.

 

"Derajat seseorang diukur dari keyakinannya, dan bagi siapapun yang tidak yakin, maka tidak akan bisa mengambil manfaat," katanya mengutip syair kitab nahwu tersebut.

 

Pentingnya bershalawat juga ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab 56. Dalam ayat tersebut Allah memerintah orang-orang beriman untuk bershalawat kepada Nabi.

 

"Perintah bershalawat ini bukan hanya manusia yang melaksanakannya. Sampai-sampai malaikat dan Allah sendiri bershalawat kepada Nabi," katanya tentang keistimewaan perintah shalawat.

 

Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Aryudi AR