Daerah

Mengenal Lasem sebagai Zona Tanpa Sumbu

Rab, 17 Juni 2020 | 04:00 WIB

Mengenal Lasem sebagai Zona Tanpa Sumbu

Diskusi virtual tentang Lasem sebagai zona tanpa sumbu. (Dok. PC Fatayat NU Lasem)

Kudus, NU Online
Kebersamaan hidup masyarakat Lasem dengan berbagai latar belakang menjadi daya tarik tersendiri. Kerukunan masyarakat Lasem sangat luar biasa di tengah-tengah keberagaman agama.


Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Lasem, Fatimah Asri Mutmainnah mengungkapkan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam diskusi virtual melalui Zoom bertema ‘Mengenal Lasem: Poros Toleransi dan Moderasi’, Selasa (16/6).


“Lasem adalah zona tanpa sumbu. Karena hampir tidak ditemukan permasalahan yang timbul akibat perbedaan kepercayaan antarwarga. Yang terlihat hanya kehidupan harmonisnya,” ungkap Umi Aci, sapaan akrabnya.


Dalam acara yang diinisiasi Fatayat NU Lasem dan Sanggar Prativi ini, ia juga mengisahkan, banyak pemerhati budaya yang mengangkat Lasem menjadi sebuah konten menarik yang bisa dinikmati khalayak.


“Sempat ada yang membuat film dengan judul Zona Tanpa Sumbu. Sempat juga ada yang membuat novel tentang kehidupan Lasem. Itu karya kakak saya sendiri,” ungkapnya.


Umi Aci juga menceritakan hubungan akrab yang banyak dilakukan masyarakat Lasem yang mayoritas muslim dengan warga minoritas Tionghoa.


“Sering sekali kami bertukar pemberian. Jadi ketika punya sesuatu ya kami saling memberi,” terangnya sambil menunjukkan jilbab yang dikenakannya merupakan pemberian dari pimpinan Vihara Lasem, Bante Piyadhiro Thera.


Ia juga menjelaskan, salah satu cara merawat toleransi di Lasem adalah dengan mengingat warisan sejarah, bahwa sejak pertengahan abad ke-13 Lasem telah hadir dengan tradisi toleransi.


“Dahulu di zaman Mbah Ma’shum yang merupakan pendiri NU, banyak masyarakat Tionghoa tinggal di Lasem. Namun, beliau selalu mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama,” tuturnya.


“Sampai beliau pernah bilang lebih baik saya tidak punya santri dari pada tidak rukun dengan tetangga. Begitu,” sambung Pengasuh Pesantren Al-Aziz Lasem ini.


Selain itu, menurut dia, untuk menumbuhkan toleransi antarsesama selain merawat tradisi yang ada adalah dengan bergotong-royong dan tolong-menolong.


“Kami selalu mengampanyekan nilai-nilai toleransi Lasem, dengan menghadirkan para tokoh lintas agama dalam acara-acara yang dihadiri banyak orang. Dalam mengampanyekan itu memang butuh keikutsertaan berbagai umat lintas agama,” ungkap Umi Aci.


Selain dirinya, diskusi virtual itu juga dihadiri narasumber lain. Yakni, Pengasuh Pesantren Kauman KH Zaim Ahmad (Gus Zaim), Pimpinan Vihara Lasem Bhante Piyadhiro Thera, dan pengawas tiga klenteng Lasem Gandor Sugih Arto.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori