Daerah

Mengenal Tradisi Syawwalan di Pesantren KHAS Kempek Cirebon 

Sel, 10 Mei 2022 | 15:15 WIB

Mengenal Tradisi Syawwalan di Pesantren KHAS Kempek Cirebon 

Alumni angkatan 2017 saat Syawwalan ke Pengasuh Pesantren KHAS Kempek KH M. Musthofa Aqil Siroj. (Foto: NU Online/Abror)

Cirebon, NU Online 
Bagi masyarakat Muslim di Indonesia khususnya warga nahdliyin, bulan Syawwal identik dengan tradisi halal bihalal. Hal serupa terjadi di Pesantren KH Aqil Siroj (KHAS) di Desa Kempek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon dalam bentuk kegiatan Syawwalan. Acara yang rutin dilakukan setiap bulan kesepuluh dalam perhitungan kalender hijriah ini diikuti oleh para alumni pesantren dan masyarakat sekitar.

 

Pada momen yang sekaligus menjadi acara reuni ini, para alumni pesantren yang datang dengan angkatan masing-masing berkunjung ke rumah-rumah kiai untuk tabarukan, meminta nasihat, dan doa. Selain itu, tak lupa pula mereka berziarah ke para kiai yang sudah wafat di komplek pemakaman keluarga masyayikh yang tidak jauh dari lokasi pesantren.

 

"Tradisi Syawwalan ini sudah berlangsung sejak lama. Biasanya para alumni datang ke pesantren, sowan-sowan ke kiai untuk tabarukan, meminta nasihat, dan doa," terang salah satu masyayikh Pesantren KHAS Kempek KH Muhammad BJ kepada NU Online, Selasa (10/5/2022).

 

"Para alumni yang sudah memiliki jamaah di daerahnya masing-masing biasanya juga membawaserta seluruh jamaahnya," imbuh Ketua Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam MUI Kabupaten Cirebon itu.

 

Bagi Kiai Muhammad, tradisi Syawwalan ini memiliki urgensi yang sangat penting. Sebab, momen ini menjadi kesempatan bagi para alumni untuk memperoleh nasihat dan semangat secara langaung dari para kiai pesantren.

 

"Ibaratnya ini momen untuk men-carge para alumni dan supaya mereka selalu memiliki prinsip yang sudah diajarkan guru-gurunya di sini," kata Rais Syuriah MWCNU Gempol, Cirebon, Jawa Barat itu.

 

Kendati Syawwalan normalnya dilakukan pada tanggal delapan Syawwal atau bertepatan dengan hari raya ketupat, tapi tidak sedikit pula rombongan alumni yang datang pada hari setelah atau sesudahnya. Hal demikian karena alasan efisiensi waktu yang sudah disepakati tiap-tiap angkatan.

 

Kiai Muhammad berpesan kepada seluruh alumni KHAS Kempek agar menjaga tradisi Syawwalan ini. Sebab, momen ini mampu memperkokoh persatuan para alumni. Kegiatan ini juga bisa memperkuat shilatul arham (huhungan persaudaraan), shilatul arwah (hubungan dengan kiai pesantren yang sudah wafat), dan shilatul afkar (hubungan intelektual).

 

"Saya juga berharap agar ke depan para alumni membuat tema yang khas sesuai pengalaman angkatan masing-masing," ujar Kiai Muhammad.

 

Kiai Muhammad menyayangkan sejumlah alumni yang jarang sowan di momen Syawwalan ini karena alasan kesibukan keluarga. Sebab itu, beliau berharap agar selagi bisa, santri harus tetap menyempatkan diri bersilaturahim ke kiai-kiainya agar memiliki hubungan yang kuat.

 

Sementara, salah satu alumnus angkatan 2017 Nurul Anwar mengatakan, selain momen tabarukan kepada para kiai pesantren, acara Syawwalan merupakan momen yang sangat berkesan karena bisa reunian dengan teman-teman satu pesantren dulu, bertukar pengalaman, dan mengingat suka dan duka masa-masa mesantren dulu.

 

"Pokoknya seru. Apalagi bisa bercanda lagi sama teman lama. Sesuatu banget pokoknya," kata alumnus asal Bekasi itu.

 

Alumnus lain dari angkatan 2016 Robi Darwis mengatakan, yang sangat berkesan dari momen Syawwalan ini adalah bisa mendengar langsung nasihat para kiai yang telah mendidiknya dulu sekaligus memperkuat benteng ruhani.

 

"Ya, ini ibarat momen healing ruhani dari kehidupan duniawi ini lah," ujar alumnus asal Brebes itu.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi