Daerah

Muharram, Warga Lasem Napak Tilas Jejak Prajurit Diponegoro dan Kakak Sunan Kalijaga

Sel, 2 Agustus 2022 | 03:00 WIB

Muharram, Warga Lasem Napak Tilas Jejak Prajurit Diponegoro dan Kakak Sunan Kalijaga

Warga Desa Criwik, Lasem, Rembang, Jawa Tengah menyambut Muharram 1444 H, Sabtu (30/7/2022). (Foto:

Jakarta, NU Online

Datangnya bulan Muharram 1444 Hijriah yang bertepatan dengan 30 Juli 2022 disambut dengan beragam cara oleh warga di sejumlah daerah. Di Desa Criwik, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dalam kegiatan yang disebut juga sebagai peringatan Suro, didahului dengan resik-resik (bersih-bersih) makam Ki Ageng Sutisna, RP Kamboro seorang prajurit Pangeran Diponegoro dan makam Nyai Ageng Silogati, kakak dari Sunan Kalijaga.


Kevalidan data tersebut, kata Abdullah Hamid, pemerhati sejarah Lasem, seperti disebutkan dalam Babad Carita Lasem yang ditulis Raden Kamzah tahun 1858 dan disalin kembali oleh R Karsono, cucu dari Kamboro modin Lasem pada tahun 1920.


Kegiatan dilanjutkan napak tilas Singa Barong yang pernah tinggal di Criwik. "Cerita turun temurun menyebutkan menjadi kepala desa, fisiknya tinggi besar, ganteng, memilik kuda gagah. Di rumahnya terdapat pohon sawo tua dan besar, juga ada goa di seberang sungai konon pertapaannya," imbuh Abdullah Hamid.


Diperkirakan Singo Barong hidup tahun 1890-an.


Puncak acara pada sore hari pengajian dengan rangkaian tahlil umum, doa akhir dan awal tahun baru Islam oleh H Sarwadi; pembacaan Shalawat Nabi dipimpin Habib Zainal Abidin Baagil dari Sedan diiringi Grup Hadrah Remaja Masjid Nurul Huda. Sambutan Kades Sampurno serta pemaparan sejarah kampung oleh Abdullah Hamid yang juga pustakawan Sambua.


Pada kesempatan itu, Abdullah memaparkan, menarik dalam sejarah nasional ada kesamaan nama tokoh berjulukan Singa Barong yaitu Habib Hasan bin Toha bin Yahya, Senopati Mataram, menantu Sultan Hamengkubuwono II bergelar Temenggung Sumodiningrat. Sebelumnya ia menjadi Mufti Kesultanan Banten.


"Beliau wafat tahun 1818 M. Makamnya di Masjid Lamper Kidul Semarang. Beliau merupakan paman Pangeran Diponegoro, Kiai Sentot Alibasyah Prawirodirdjo dan leluhur Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan," bebernya


Abdullah melanjutkan, sebagaimana dikutip dari buku Jejaring Diponegoro yang ditulis oleh Dr Zainul Milal Bizawie, disebutkan Habib Hasan bin Thoha punya putra bernama Habib Thoha bin Hasan Ciledug Cirebon yang menurunkan Habib Umar bin Thoha.


Habib Umar bin Thoha pernah membebaskan Habib Alwi Pekalongan dari penjara Belanda dengan menunggang kuda gagah dan dikawal tiga singa dan satu harimau. Pernah juga membebaskan Kiai Muqayyim Pesantren Buntet yang ditangkap Belanda. Caranya ialah dengan langsung memanggil kawanan harimau yang ada di kawasan hutan Cirebon, Kuningan dan Majalengka.


Selain itu, Habib Umar pernah berdakwah di Shanghai China selama enam tahun; dan pernah ke India bersama Habib Abdurrahman Al-Habsy Cikini mendirikan masjid. Ia wafat tahun 1883 Masehi


"Berdasarkan sejarah itu mungkin saja yang pernah tinggal di Criwik merupakan Singa Barong II atau III," ujarnya.


Ia juga menyebutkan kaitan Lasem dengan Perang Diponegoro dapat ditelusuri dari jejak Sayid Awudh Sepuh yang menjadi menantu Sayyid Abdullah Muhammad Bustaman Bupati Lasem pada pèrmulaan abad 18 Masehi. Sayid Abdullah memiliki anak Sayid Husen yang menurunkan antara lain Syarif Alwi Bustaman, Sayid Awud dan Raden Saleh pelukis monumental Diponegoro. Sayid Awud adalah murid Habib Hasan bin Thoha atau Singa Barong. Ia bergabung pada pasukan Diponegoro.


"Sekarang kembali ke Criwik. Berbahagialah di bumi ini terdapat makam RP Kumbara, yang tercatat anggota pasukan Diponegoro dalam Babad Carita Lasem. Disebutkan beliau putra Witana bin RP Margono bin Tejakusuma V.
Hubungan dengan Nyai Ageng Silogati dan Santi Wira keduanya adik Santi Puspa, buyut Tejakusuma I atau Mbah Srimpet yang makamnya di barat Masjid Jami Lasem," jelasnya.


Editor: Kendi Setiawan