Daerah

NU Pragaan Sumenep Ingatkan Peran Sentral Masjid

NU Online  Ā·  Jumat, 30 Maret 2018 | 11:00 WIB

Sumenep, NU Online
Setelah sebelumnya membersihkan lingkungan di pasar dan jalanan, Jumat kali ini Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur memberikan perhatian kepada masjid. Perhatian diberikan kepada Masjid Hamidurrahman yang berada di Desa Larangan Pereng. Masjid ini dikenal masyarakat sebagai masjid tua binaan tokoh setempat yakni Kiai Abdul Hamid atau Kiai Palasah serta merupakan pusat segala aktifitas warga.

KH Junaidi Muarif selaku Ketua MWC NU Pragaan mengemukakan bahwa memakmurkan masjid menjadi tanggung jawab kader NU. ā€œMembangun dan memakurkan masjid adalah fardhu kifayah. Hukum ini pernah disampaikan Hadratussyekh KH Hasyim Asyari,ā€ katanya, Jumat (30/3).

"Kita harus menjadi muharrik masjid, sebab masjid benteng kedaulatan dan kemakmuran negeri. Kita harus jaga dan pelihara dengan kegiatan ritual dan sosial,ā€ katanya di hadapan peserta yang hadir.

Sedangkan KH Sakdani Bahar mengingatkan bahwa masjid sangat menentukan perhatian kepada hal lain. "Dari masjid, kita bangun warga. Karena semakin bersih lingkungannya, maka semakin semangat pemberdayaan masyarakat dapat digerakkan,ā€ kata Pengurus Ranting NU Larangan Pereng ini.

Sementara KH Asnawi Sulaiman mengingatkan bahwa masjid sejak zaman rasulullah menjadi tempat yang penting dalam sejarah peradaban umat Islam.Ā  "Dulu, Nabi membangun masjid Quba saat hijrah. Di Madinah, Nabi membangun Masjid Nabawi,ā€ kata Pengasuh PP Al Ihsan ini.Ā 

Tradisi ini kemudian dilanjutkan para wali dan muassis NU, sehingga yang dibangun pertama kali adalah masjid sebagai simbol peradaban. ā€œMaka membersihkan masjid artinya membersihkan nilai sejarah,ā€ jelasnya.

Setelah melakukan pembersihan di kawasan setempat, tim bersih lingkungan berpindah ke masjid lain di Larangan Pereng diikuti warga sekitar.

Hadir pada kegiatan ini Pengurus MWC, Ranting Larangan Pereng, perangkat desa, kader penggerak NU dan warga sekitar. (Ibnu Abbas/Ibnu Nawawi)