Daerah

Pagar Nusa Ikut Kawal Kirab Selikuran Keraton Surakarta

Sen, 27 Mei 2019 | 06:00 WIB

Pagar Nusa Ikut Kawal Kirab Selikuran Keraton Surakarta

Pagar Nusa pada kawal kirab selikuran Keraton Surakarta.

Surakarta, NU Online
Budaya dan agama bukan sesuatu yang bertentangan dan berbeda. Tidak ada yang perlu dimenangkan di antara keduanya. Tertanamnya agama Islam di Nusantara tak akan lepas dari peran budaya yang diasimilasikan oleh Walisongo dalam dakwahnya. 

Penting menjaga pelestarian kebudayaan di Nusantara demi keutuhan bangsa yang memiliki beragam agama dan kepercayaan ini. “Dalam harakahnya, Pagar Nusa sebagai banom NU yang memiliki fungsi sebagai penjaga NU dan bangsa mulai melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan budaya,” kata Naji Rahmat, Ahad (26/5).

Karenanya dalam rangka merealisasikan harakahnya tersebut para pendekar Pagar Nusa yang tergabung dalam padepokan Jabal Ahad. “Mereka ikut mengawal Kirab Selikuran di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat,” kata anggota Pagar Nusa tersebut. 

Dalam kirab yang merupakan momen rutin kebudayaan Keraton Surakarta ini, Pagar Nusa memulai perannya dengan mengambil bagian sebagai Tembayatan III. “Yaitu sebuah golongan abdi dalem yang memang dikhususkan bagi para pendekar Pagar Nusa untuk mengabdi dan ikut serta mengawal lestarinya budaya Jawa khusunya di Keraton Surakarta,” jelasnya.

Tembayatan ada tiga. “Tembayatan satu khusus poro juru kunci makam, tembayatan dua untuk pemuka agama seperti ustadz dan kiai, dan Pagar Nusa diminta menjadi salah satu abdi dalem keraton atas permintaan sinuwun keraton menjadi tembayatan tiga," papar Naji Rahmat.

Kehadiran Pagar Nusa menambah perbedaan pada penyelenggaraan kirab malam selikuran yang dilaksanakan tahun ini. “Kirab malam selikuran dalam rangka memperingati malam lailatul qadar diselenggarakan pukul 20.00 WIB,” ungkapnya.  

Biasanya kirab dilaksanakan sampai Taman Sriwedari namun tahun ini hanya dilaksanakan dengan rute dari Sasana Sewaka menuju Masjid Agung Surakarta saja.

"Kirab kali ini tidak sampai Taman Sriwedari karena sedang dibenahi. Tapi hal itu tidak merubah tradisi dan semangatnya," ucap KGPH Dipokusumo, adik Paku Buwono XIII.

Dengan berbaju khas hitam bersabuk hijau, ditambah dengan balutan jarik dan ikat kepala, ratusan pendekar Pagar Nusa ikut mengarak 1000 tumpeng sebagai simbol lailatul qadar menuju Masjid Agung Surakarta. Ada yang mengusung peti, lainnya membawa tombak, lampu ting dan pelita. (Arindya/Ibnu Nawawi)