Daerah

PCNU Surabaya Gelar Haul Syuhada Pejuang Resolusi Jihad

Sen, 26 Desember 2016 | 02:40 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya mengadakan sebuah acara yang bertajuk Haul Nasional Syuhada Pejuang Resolusi Jihad. Acara ini dilaksanakan di halaman parkir kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Ahad (25/12).

Acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus Nahdlatul Ulama, mulai dari cabang sampai PBNU. Turut hadir dalam acara ini beberapa kiai, yakni Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul, Ketua PCNU Surabaya KH Achmad Muhibbin Zuhri, Rais Syuriyah PCNU Surabaya KH Mas Sulaiman, dan tokoh-tokoh kiai lain.

Kegiatan ini diawali dengan Khatmil Qur’an kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari Grup Ishari Jawa Timur. Selanjutnya masih ada juga pembacaan yasin dan tahlil yang ditujukan kepada para syuhada pejuang resolusi jihad. Selepas itu, kegiatan ini dilanjutkan dengan mauidhah hasanah yang dibawakan oleh KH Miftahul Akhyar.

Dalam mauidhah hasanah yang diberikan, Kiai Mifath menyampaikan, saat ini banyak sekali orang-orang yang suka mengolok-olok kiai di media sosial. Dia juga mengingatkan kepada para hadirin agar dalam menjalani kehidupan di dunia untuk tidak bertindak seperti air yang mengalir, hal itu dikarenakan bila meniru filosofi air yang mengalir sama saja dengan orang yang hidup namun tidak memiliki tujuan.

“Jangan jadi orang yang seperti air yang mengalir, karena bila seperti itu sama saja hidup dengan tanpa adanya tujuan. Padahal hidup ini adalah tujuan,” pesan Kiai Miftah kepada para hadirin.

Selain itu, imbuhnya, bila meniru filosofi air, kita akan menjadi terpecah pecah. Sebab kadang kala air akan mengalami percabangan di kala mengalir.

Saat ini, banyak tantangan, baik itu kelompok aliran keras hanya karena ngajinya instan, bukan kepada kiai wara yang zuhud, tapi kepada mbah google. Selain itu masih kelompok-kelompok lain yang ingin membebaskan diri dari ikatan-ikatan maupun norma-norma yang ada.

“Di daerah-daerah terpencil akan kita dorong membangun pondok-pondok pesantren, karena pondok pesantren merupakan benteng terakhir untuk aswaja yang kita miliki,” terang Kiai Miftah.

Sedang di daerah perkotaan, lanjutnya, Aswaja Center harus bisa semakin hidup. Bukan hanya menjawab orang yang suka menuduh bid’ah, khurafat dan lain sebagainya. Tapi selalu ada di tengah masyarakat sebagai solusi problematika keagamaan umat.

“Semoga dengan iqrar haul para syuhada secara nasional ini betul-betul membangkitkan semua. Menjadikan warga NU bukan hanya sekadar warga yang disebut jamaah NU, tapi juga sebagai jam’iyyah yang mengerti aturan, AD-ART, dan tata tertib, sehingga dia mampu membedakan mana kelompok-kelompok yang palsu, mana kelompok-kelompok yang murni. Sehingga tidak ikutan ke sana kemari. Dan akhirnya kita menjadi orang yang terpecah-pecah,” urai Kiai Miftah. (Hanan/Fathoni)