Daerah

Pelajar Deklarasikan Anti Tawuran

NU Online  ·  Senin, 22 Oktober 2012 | 00:01 WIB

Kudus, NU Online
Sebagai bentuk keprihatinan maraknya aksi kekerasan, sejumlah pelajar dan stakholder pendidikan se-karesidenan Pati mendeklarasikan Anti tawuran pada saat acara semiloka "Tawuran Pelajar ; Problem Tradisi, Karakter atau Kurikulum?" di Kudus, Jateng, Sabtu (20/10) kemarin. Deklarasi yang diikuti oleh pelajar, pemuda, mahasiswa, guru serta tokoh organisasi kemasyarakatan,pejabat pemerintahan  tersebut merupakan salah bentuk penolakan terhadap aksi tawuran.<>

Mereka yang berjumlah ratusan itu membubuhkan tanda tangan pada naskah deklarasi yang akan dikirim kepada  kyang akan dikirim ke pejabat terkait di jajaran disdikpora dan kemenag masing-masing kabupaten. Naskah deklarasi yang dibacakan salah seorang pelajar Madrasah Qudsiyah Kudus itu berisi menjunjung tinggi nilai pancasila, menjaga NKRI, menjunjung nilai moral dan agama serta mengutuk aksi anarkisme dan siap menjadi tauladan bagi masyarakat.

Ketua Panitia Deklarasi, Ahmad Zainuri yang juga Kepala Sekolah SMA 2 Kudus, Jawa Tengah mengatakan, kegiatan deklarasi ini digagas sebagai bentuk keprihatinan atas terjadinya tawuran antar pelajar yang menimbulkan korban jiwa.

Sebelum deklarasi, sejumlah pakar dan praktisi pendidikan mengurai sekaligus mencari solusi terhadap peristiwa yang mencoreng dunia pendidikan ini. Salah satu pembicara Slamet Budi Cahyono  mengatakan kenakalan siswa masih dipandang sebagai biang keladi timbulnya tawuran pelajar. Hal ini diperparah dengan stereotipe masyarakat dalam menanggapi siswa nakal dinilai siswa gagal.

"Padahal bila dilihat secara holistik, kenakalan siswa ini sebagai wujud rasa kegalauan dalam menyikapi keadaan saat ini," ujarnya.

Untuk menangani kenakalan tersebut, tambah Selamet, dibutuhkan tiga pola utama yakni pola pikir (mindset), pola konsumsi (akses informasi) dan pola sikap (tindakan nyata).

"Mestinya kenakalan harus  menjadi sebuah aset yang perlu dikelola secara bijaknsa dan disalurkan  tepat sehingga menghasilkan menghasilkan karya luar biasa dari siswa. Minset-nya, siswa nakal sama dengan siswa berakal,"tandasnya.

Sedangkan pola konsumsi akses informasi, siswa perlu dilakukan pengontrolan dan pengarahan tentang sumber informasi yang sesuai untuk dikonsumsi oleh siswa didasarkan pada segi usia. "Sebab, selama ini mereka minim memperoleh informasi positif karena aksesnya sangat mudah diperoleh di era perkembangan tehnologi informasi ini,"terang selamet

Disamping itu pula, tambahnya, tindakan nyata berupa memberikan wahana yang tepat bagi siswa berkarya dan berkreasi. Sikap bijak menempatkan siswa nakal bukan saja menjadi target perbaikan, tetapi juga menjadi subyek yang bersama-sama berbagi untuk menyalurkan kenakalan secara lebih arif.

"Salah satunya, ngaji on the road, membuat pojok kreasi,kay phunk muslim bahkan sesuai karakter kota Kudus dibuat PESAN (Pesantren anak Jalanan),"imbuhnya memberikan solusi.

Kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyah Menarara Kudus dan Nurul Maiyah Islam (NMI) ini dibuka Kepala Dirjen Kemenag Nur Syam ini diikuti ratusan pelajar, guru dan stakholder pendidikan lainnya  se Jawa Tengah.



Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Qomarul Adib