Daerah

Pelatihan Menulis, Cara Madrasah di Demak Isi Ngabuburit

Rab, 22 Mei 2019 | 00:00 WIB

Pelatihan Menulis, Cara Madrasah di Demak Isi Ngabuburit

Peserta diklat kepenulisan MA Al-Maruf, Candisari, Demak.

Demak, NU Online
Ngabuburit biasanya identik menghabiskan waktu menunggu datangnya waktu berbuka puasa. Beragam cara dilakukan menunggu datangnya kumandang adzan magrib. Ada yang memanfaatkan tersebut dengan nongkrong di keramaian, menikmati pemandangan alam, maupun menyelenggarakan acara buka bersama.

Para siswi yang tergabung dalam organisasi OSIS MA Al-Maruf, Candisari, Demak, Jawa Tengah juga mengelar acara ngabuburit bersama. Namun dengan kemasan yang berbeda yakni mereka melaksanakan ngabuburit literasi.

Dihadiri puluhan peserta, mereka mengikuti pelatihan literasi dengan materi kepenulisan dasar. Kegiatan dipusatkan di kediaman Amik yang saat ini sebagai wakil kepala kesiswaan. Acara dipandu Wakil Kepala Sekolah MA Al-Maruf MH Rahmat, Selasa (21/5).

MH Rahmat mengatakan biasanya buka bersama selalu diisi dengan acara keagamaan seperti ceramah maupun istigatsah. Namun kali ini MA Al-Maruf mengemasnya dengan cara lain.

“Kemasannya berupa kegiatan literasi berupa worksop kepenulisan tingkat dasar yang memiliki tujuan memotivasi agar gemar membaca dan menulis serta dapat membuat karya kepanulisan. Baik penulisan cerpen, puisi, maupun artikel dan pemberitaan,” jelasnya.

Workshop dipandu Lukni Maulana selaku Pengasuh Padepokan Langgart Kota Semarang dan masih aktif sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Hany. Yang bersangkutan juga tercatat sebagai pengurus Pengurus Wilayah Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) NU Jawa Tengah.

“Sejatinya setiap manusia memiliki potensi untuk bisa menulis. Tinggal bagaimana mengasahnya. Pemberian materi hanya sebagai dasar pegangan, karena sesungguhnya teori dipelajari untuk dilupakan,” tuturnya.

“Seperti layaknya belajar naik kendaraan, kita belajar bagaimana teori supaya bisa menaiki kendaraan tersebut. Setelah kita bisa menaiki kendaraan, tanpa sepengetahuan, sudah melupakan teorinya,” pungkasnya.

Para peserta tidak hanya diajari dengan teori namun juga praktik dalam kepenulisan. Setelah diparaktikan ternyata para peserta mampu menghasilkan karya berupa tulisan meski dibatasi waktu selama dua puluh menit.  Beragam model tulisan dapat terlahir, ada yang menulis puisi, cerpen, liputan berita, maupun artikel. (Ibnu Nawawi)