Daerah

Pemilu Indonesia Perlu Dikaji Ulang

NU Online  ·  Jumat, 21 Juni 2019 | 01:00 WIB

Jember, NU Online
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Gus Muis Shonhaji menegaskan pentingnya pemerintah mengaji ulang pelaksanaan pemilu di Indonesia. Menurutnya, selama ini pelaksanaan hajatan politik semisal pemilu legislatif, pemilu kepala daeah, dan sebagainya tidak menghasilkan ‘kehidupan’ yang lebih baik tapi justru menciptakan kondisi politik yang cukup memprihatinkan.

“Indikasinya banyak politisi yang kena OTT (operasi tangkap tangan), pejabat dan kepala daerah yang juga kena OTT,” tukasnya saat memberikan sambutan dalam Halal bi Halal Forum Silaturrahim Lintas Agama di gedung Muslimat NU Jember, Jawa Timur, Rabu (19/6) malam.

Menurutnya, salah satu yang  diharapkan dari pesta demkorasi adalah munculnya sosok-sosok negarawan yang mampu melayani publik dan bersikap dewasa dalam menghadapi persoalan bangsa. Tapi yang terjadi pesta demokrasi kebanyakan hanya melahirkan politisi dengan ambisi kekuasaannya yang tinggi dan menempatkan kekuasaan di atas segala-galanya.

“Yang kita butuhkan adalah negarawan. Sosok negarawan tidak menghitung untung rugi, tapi yang penting  masyarakat untung, damai dan sejahtera. Bahkan untuk kasus-kasus tertentu dia berani mengalah demi kemaslahatan yang lebih besar. Bukan main menang-menangan demi kepentingan diri dan kelompoknya,” urainya.

Ia menambahkan, sistem demokrasi Indonesia saat ini memposisikan hajatan politik tak ubahnya bagai sirkuit dengan pembalap-pembalap yang haus kemenangan tanpa mempedulikan keselamatan kontestan lain. Saling sikut, bahkan saling mencelakakan antar satu sama lain.

“Itu sangat berbahaya. Jadi paradigma yang dipakai, yang penting menang dan menang,” tegasnya.

Yang paling memprihatinkan, sitem demokrasi yang diterapkan saat ini telah menggiring masyarakat untuk berpikir pragmatis dalam menentukan hak pilihnya dengan kalimat ‘saya apa apa jika pilih anda’.

“Bahkan sudah lama muncul istilah ‘berjuang’ yang sebenarnya hanyalah singkatan dari beras, baju dan uang. Misalnya masyarakat bilang ‘kalau kita berjuang bersama, saya akan pilih anda’. Maksudnya kalau dikasih beras, baju dan uang, ya pilih kamu,” urai Gus Muis.

Oleh karena itu, tegas Gus Muis,  sistem demokrasi saat ini perlu dievaluasi. Memang, keriuhan yang terjadi bukan semata-mata kesalahan sistem, tapi juga juga ada unsur peran manusianya, sehingga perlu dicarikan format yang lebih pas. (Aryudi AR).