Daerah

Pengasuh Pesantren Nuris Jember: Sejak Lama Pesantren Lekat dengan Sastra

Sab, 19 Juni 2021 | 08:30 WIB

Pengasuh Pesantren Nuris Jember:  Sejak Lama Pesantren Lekat dengan Sastra

Siswa SMU Nurul Islam Jember Jawa Timur, Arina Makrifatul AA peraih juara 1 Lomba Cipta dan Baca Puisi yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah, Malang, belum lama ini. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq )

Jember, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Desa Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur dikenal sebagai pesantren dengan segudang prestasi. Tidak hanya di bidang agama, tapi juga di bidang umum, santri-santri pesantren yang terletak 6 kilometer ke arah timur laut kota Jember itu, juga tak jarang memantik prestasi, termasuk di bidang sastra.


Hal itu salah satunya dibuktikan dengan raihan yang dicapai oleh dua santri terbaiknya, yaitu Arina Makrifatul AA dan Khoirul Nur Yasin. Kedua siswa SMA Nuris itu berhasil memborong dua gelar dalam Lomba Cipta dan Baca Puisi yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah, Malang, belum lama ini.


Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Jember Jawa Timur, Gus Robith Qashidi, pihaknya selama ini memang mengembangkan kurikulum ekstra kurikuler dengan membentuk Seksi Penjamin Mutu. Bagi siswa/santri yang mempunyai bakat tertentu, baik sains maupun non-sains, akan diberi bimbingan secara intensif melalui seksi tersebut.


“Banyak sekali yang bisa ditangani, terutama terkait dengan bakat dan minat siswa. Misalnya yang senang pidato, kita bantu mengembangkannya, begitu juga yang punya kemampuan untuk membuat karya ilmiah, puisi dan sebagainya kita bantu, kita datangkan tentor,” ujar Gus Robith di kompleks Pondok  Pesantren Nuris, Jalan Pangandaran Nomor 48 Jember, Sabtu (19/6).


Alumnus Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir itu menambahkan, saat ini secara umum posisi pesantren sudah terangkat, tidak lagi hanya berkutat dengan kitab kuning. Cukup banyak alumni pesantren yang 'go nasional' bahkan internasional dengan kemampuan spesifik keilmuan yang mumpuni.


“Kalau bidang sastra di pesantren, jika bicara sekarang sudah telat. Pesantren sejak lama lekat dengan dunia sastra. Karya-karya ulama yang kitabnya menjadi rujukan pesantren, banyak yang bernilai sastra tinggi,” jelasnya.


Seperti diketahui, Arina Makrifatul AA meraih juara satu dalam ajang Lomba Cipta dan Baca Puisi yang digelar  Universitas Muhammadiyah. Ia menyuguhkan karya berjudul Di Tepian Trotoar. Sedangkan Khoirul Nur Yasin merengkuh juara tiga di ajang yang sama dengan karya berjudul Seorang Malaikat Titipan Tuhan.


Menurut Arina, tidak begitu sulit untuk menulis dan menggambarkan profil dan perjuangan seorang ibu dalam bentuk puisi. Sebab, ibulah sosok yang paling dekat dan punya banyak waktu bersama anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


“Tanpa menyepelekan peran seorang ayah, tapi ibulah yang paling banyak berinteraksi dengan anak,” ucapnya di sela-sela kegiatan belajar di SMA Nuris, Jember.


Arina menambahkan, karena cintanya kepada sang ibu berangkat dari ketulusan hati sebagaimana ibu menyayanginya dengan sepenuh hati. Maka Arina pun menuangkan rasa cintanya kepada si ibu berdasarkan perasaan hati.


“Saya berusaha menuangkan ekspresi cinta saya kepada ibu sepenuh hati, sebab saya yakin bahwa puisi yang sampai ke hati pembaca karena ditulis dengan hati,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin