Daerah

Pengurus NU Harus Sadar Posisinya Sebagai Khadimul Masyayikh

Jum, 28 Mei 2021 | 10:00 WIB

Pengurus NU Harus Sadar Posisinya Sebagai Khadimul Masyayikh

Gus Kautsar (dua dari kanan) di acara kumpulkan balung pisah PWNU jateng di Semarang (Foto: NU Online/Samsul Huda)

Semarang, NU Online 

Pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jatim KH Abdurrahman Kautsar (Gus Kautsar) mengingatkan kepada pengurus Nahdlatul Ulama (NU) agar selalu menata ulang motivasi bahwa dalam berjamiyah itu intinya memposisikan diri sebagai khadimul masyayikh.

 

"Jadi pengurus NU itu ibaratnya santri dalam pesantren yang mesti mengetahui dan memahami pola langkah para masyayikh atau kiainya dalam kehidupan sehari-hari," kata Gus Kautsar saat menyampaikan taushiyah Halal Bihalal 'Ngumpulke Balung Pisah NU' di Kantor PWNU Jateng, Jl Dr Cipto Semarang, 180 Semarang, Kamis (27/5) malam.

 

Menurutnya, irama kehidupan para masyayikh NU dalam kesehariannya tidak jauh berbeda dengan para guru dan pendahulu-pendahulunya yang bersambung sampai  tabiit tabiin, tabiin, sahabat hingga Nabi Muhammad SAW.

 

"Nabi Muhammad SAW selalu memikirkan kesejahteraan dan keselamatan umat. Dengan demikian, kalau santri atau pengurus NU di manapun levelnya sudah memahami langkah para masyayikhnya maka langkah dan arah jamiyah tidak akan bergeser, tak lain NU hadir untuk keselamatan umat," terangnya.

 

Dia menambahkan, kalau pola pemahaman seperti ini tertanam pada diri semua pengurus NU maka hampir dipastikan sebagai jamiyah diniyah Islamiyah ijtimaiyah NU akan berhasil mengemban misinya. 

 

"Namun, jika yang terjadi malah sebaliknya jangan berharap pengurus bersama jamiyahnya akan mampu memenuhi harapan umat. Karena itu kepada para pengurus NU harus memahami motivasi dan proporsinya dalam berjamiyah," tegasnya.

 

Dikatakan agar selalu berada dalam garis atau orbit langkah masyayikh, para pengurus harus memelihara kekompakan dan konsisten dalam dalam menegakkan ajaran agama atau iqamaddin. Kalau ada pihak yang mengganggu NU diyakini saja akan hancur sendiri, kalau dipikir dalam-dalam akan menguras energi.

 

"Jangan malah sebaliknya demi menutupi kekeliruan yang dilakukannya malah menciptakan politik adu domba dengan membentur-benturkan antar-masyayikh melalui legitimasi diri bahwa dirinya adalah pengikut NU kiai A bukan NU-nya kiai B, ini harus dihindari," tuturnya.

 

Ketua PWNU Jateng KH Muhammad Muzamil mengatakan, para pengurus NU di Jawa Tengah dalam menjalankan roda jamiyah selain berpegang teguh pada konstitusi organisasi juga selalu memohon nasehat kepada  para masyayikh.

 

"Kami sangat menyadari bahwa kebesaran dan kemasyhuran NU tidak lepas dari upaya kerja keras dan pengorbanan para masyayikh yang tidak bisa diabaikan," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz