Daerah HARLAH NU

Pengusaha NU Bekasi Ajak Nahdliyin Kuatkan Kembali Konsep Nahdlatut Tujjar

Sab, 30 Januari 2021 | 00:30 WIB

Pengusaha NU Bekasi Ajak Nahdliyin Kuatkan Kembali Konsep Nahdlatut Tujjar

Menjelang satu abad NU, banyak yang belum optimal dalam memahami visi NU untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat dalam kemandirian ekonomi secara luas.

Bekasi, NU Online
Sejarah cikal bakal terbentuknya NU salah satunya adalah Nahdlatut Tujjar (kebangkitan para pedagang). Nahdaltut Tujjar merupakan gerakan kebangkitan ekonomi rakyat yang tidak dapat dipisahkan dalam negeri ini.

 

Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kota Bekasi, Barito Hakim Putra, dalam webinar yang bertajuk Memperkokoh Ketahanan Ekonomi Nahdliyin Kota Bekasi, mengatakan bahwa Hadratussyekh Hasyim Asyari adalah penggagas koperasi sebelum Bung Hatta, wakil Presiden RI, dinobatkan sebagai Bapak Koperasi pada tahun 1953. 

 

Hal ini termaktub dalam UUD 1945 tentang perkoperasian. "Ini harus menjadi pemikiran kita bersama apalagi di Kota Bekasi yang perkonomiannya sangat heterogen," kata Barito Hakim Putra dalam diskusi memperingati Harlah ke-85 NU yang digelar secara virtual pada Kamis (28/1) siang.

 

Tahun 1918 dalam deklarasi Nahdlatut  Tujjar, Hadratussyekh Hasyim Asyari berkata, "Wahai pemuda putra bangsa yang cerdik, pandai, dan para ustadz yang mulia, mengapa kalian tidak mendirikan saja suatu badan usaha ekonomi  yang beroperasi di mana setiap kota terdapat satu badan usaha yang otonom untuk menghidupi para pendidik dan penyerap laju kemaksiatan."


Sementara itu, Kiai Mulyadi Efendi, Wakil Rais Syuriyah PCNU Kota Bekasi menyampaikan bahwa konsep agama sudah mengajarkan kepada kita untuk memperdayakan ekonomi kendati pun kita diperintahkan kehidupan akhirat, tapi jangan lupa bahwa ada suatu hal yang perlu kita lakukan di dunia.

 

Konsep tersebut, lanjutnya, bukan hanya bicara tentang teori tapi bagaimana tatanan praktis. Apa yang kita cita- citakan BMT dan koperasi harus dimulai dari ranting NU karena basis ekonomi yang kita capai  bukan top-down (dari atas ke bawah) tapi buttom-up memulai dari garis bawah.


Masyarakat Nahdliyin walaupun di kota, realitasnya banyak kalangan menengah bawah. Kalaupun ada pengusaha NU jumlahnya tidak signifikan. "Kita mulai dari hal yang kecil dulu, bagaimana memberdayakan perekonomian masyarakat menengah bawah dari bantuan teknis yang bisa membantu modal mereka," terang Kiai Mulyadi. 

 

Memperkokoh Ketahanan Ekonomi Nahdliyyin
Menjelang satu abad NU, banyak yang belum optimal dalam memahami visi NU untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat dalam kemandirian ekonomi secara luas.

 

Barito yang juga pengusaha Nahdliyin asal Bekasi itu menyontohkan, dari kalangan pengusaha Nahdliyin baik mikro maupun makro terkadang di antara pengusaha itu timbul usaha yang sejenis, ini berdampak pada kemandirian ekonomi umat. Munculnya usaha sejenis dikalangan NU tersebut orientasinya hanya pada keuntungan parsial atau kelompok kecil saja. 


Kurangnya sinergisitas lembaga juga menjadi kendala , inilah yang perlu kita bangun, ekonomi keumatan pelu diperdayakan kembali. Beberapa solusi yang ditawarkan PCNU adalah pertama, kita membangun kesadaran kolektif bahwa salah satu Visi NU untuk kemaslahatan masyarakat. 

 

Kedua, menginventarisir para pelaku usaha Nahdliyin baik mikro maupun makro. Ketiga, melakukan penelitian terhadap klasifikasi kebutuhan masyarakat karena potensi pasar paling besar adalah warga NU dengan azas percaya dan dapat dipercaya. Melakukan studi banding kepada PCNU yang sudah mapan ekonomi.

 

Selanjutnya, menjalin kerja sama dengan pemerintah pada program-program yang ada dan melakukan pelatihan untuk membina masyarakat. Terakhir menguatkan kembali konsep Nahdlatut Tujjar dengan mendirikan koperasi atau BMT sebagai wadah karena lembaga orientasinya tidak bisa profit jadi harus membuat lembaga yang legalitasnya untuk ekonomi. 


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan