Jember, NU Online
Sudah beberapa tahun ini lebaran tidak seperti biasanya. Ruh lebaran seolah hilang di tengah keriuhan media sosial dan perangkat elektronik. Silaturahim antarkerabat, handai tolan dan teman berkurang seiring muculnya aplikasi pesan singkat whatshaap dan sejenisnya.
Itulah yang dirasakan Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kalisat, KH Abd Rahman Al Jambuany. Menurutnya, silaturahim sembari bermaaf-maafan sebagai ruh lebaran, sudah tereduksi oleh kata-kata maaf lewat aplikasi pesan singkat dari berbagai aplikasi dan media sosial yang ada.
“Terus terang lama-kelamaan bisa habis tradisi silaturahim lebaran ini,” katanya kepada NU Online di kediamannya, Pesantren Nurul Huda, Kalisat, Jember, Senin (18/6).
Ia menambahkan, silturahim dengan mengumbar kata-kata maaf via whatsapp (WA) dan sejenisnya beda jauh dengan berkunjung secara fisik. Silaturrahim dengan fisik lebih mengena dan lebih berkesan dibanding menggunakan media elektronik.
Namun sayangnya, masyarakat saat ini banyak yang mencukupkan dengan menggunakan media elektronik dalam “bersalam-salaman” di hari raya lebaran.
“Kalau dengan HP, interaksinya berkurang, rasa hormatnya sudah hilang antara yang muda ke yang lebih tua,” jelasnya.
Karena itu, Kiai Abd. Rahman menyatakan masih penting, bahkan perlu digalakkan silaturahim fisik dalam rangka merayakan lebaran. Ia mengaku masih terus mendatangi sanak kerabat untuk bermaaf-maafan langsung dalam setiap momen lebaran kecuali kerabat yang jauh yang belum sempat didatangi.
“Kalau yang jauh misalnya di luar Jember, karena sesuatu dan lain-lain, mungkin belum sempat datang, saya pakai WA,” jelasnya (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi)