Daerah

Pesan Nyai Hindun Anisah dalam Simaan Kubro Fatayat NU Jateng

Sab, 25 Juni 2022 | 09:00 WIB

Pesan Nyai Hindun Anisah dalam Simaan Kubro Fatayat NU Jateng

Pengasuh Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara, Nyai Hj Hindun Anisah (ketiga kanan) saat hadir dalam Simaan Kubro PW Fatayat NU Jawa Tengah. (Foto: Dok. PWFNU Jateng)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara, Nyai Hj Hindun Anisah, berpesan kepada aktivis perempuan muda NU Jawa Tengah agar mantap dalam ber-Fatayat karena memiliki pegangan Al-Qur’an. Kitab petunjuk bagi manusia ini sangat mendukung langkah perempuan dalam berorganisasi.


Nyai Hindun mengatakan hal tersebut dalam Simaan Kubro 1000 Khotmil Qur’an oleh Pimpinan Wilayah Fatayat NU Jawa Tengah yang disiarkan langsung melalui YouTube 180 Channel, Jumat (24/6/2022).


“Al-Qur’an telah memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus, dan memberikan berita gembira kepada lelaki dan perempuan yang beriman yang selalu beramal saleh,” ungkapnya.


Menurut Nyai Hindun, terlihat jelas bagaimana Islam memandang perempuan sebagai manusia seutuhnya, setara dengan lelaki. Bukan separuh manusia seperti yang terjadi di zaman jahiliyah.


“Sehingga tidak heran pada saat itu banyak cerita yang mendiskriminasi perempuan. Mulai dari tidak mendapatkan warisan, dianggap manusia kutukan setan, hingga berakibat dikubur hidup-hidup,” tuturnya.


Begitu Al-Qur’an turun, lanjut Nyai Hindun, disebutkan bahwa Allah menciptakan lelaki dan perempuan dalam penciptaan yang paling sempurna. Artinya, tidak sama dengan makhluk lain selain manusia.


Istri KH Nuruddin Amin (Gus Nung) Jepara ini menambahkan, sebagai manusia seutuhnya perempuan diberikan peran yang sama sebagai khalifah di muka bumi.


“Jadi, kita diberikan tugas yang sama yaitu memakmurkan bumi dengan cara memberi manfaat, bukan mengeksploitasi. Salah satunya dengan cara ber-Fatayat karena tujuannya bermanfaat bagi masyarakat,” tandas Nyai Hindun.


Perempuan multiperan
Cucu ulama kharismatik NU, Mbah Hamid Pasuruan dan Mbah Ali Ma’sum Krapyak Yogyakarta ini menuturkan, perempuan bisa memilih untuk berperan dalam bidang apa saja seperti yang dicontohkan dalam Al-Qur’an.


“Sayyidah Hannah dan Sayyidah Maryam memiliki spiritualitas tinggi, artinya punya peran di bidang agama. Sayyidah Hannah itu doanya dikabulkan Allah, punya anak bernama Maryam yang hidupnya hanya untuk mengabdi kepada Allah. Ini berarti doa perempuan juga manjur jika memiliki kesalehan yang sama,” tuturnya.


Selain itu, menurut dia, perempuan juga dapat berperan di bidang politik. Seperti diceritakan dalam Al-Qur’an, yakni Ratu Bilqis yang memiliki kerajaan sangat besar dan bijaksana.


“Artinya, ini menunjukkan bahwa kita memiliki peluang berperan di bidang politik pemerintahan. Bagi perempuan yang punya kemampuan di bidang politik, itu bukan hal yang salah untuk ikut masuk,” jelasnya.


Dalam skala yang lebih sederhana, lanjut dia, sayyidah Asiyah seorang istri dari Raja Fir’aun juga seorang ahli dalam politik. Ia memiliki strategi agar Nabi Musa tidak dibunuh oleh Fir’aun.


“Saat itu kebijakannya membunuh anak lelaki, karena menurut ramalan ia akan dikalahkan oleh seorang lelaki. Di situ sayyidah Asiyah juga melakukan strategi yang kita baca secara sederhana sebagai strategi politik,” terangnya.


Master Antropologi Kesehatan jebolan Universitas Amsterdam Belanda ini menjelaskan, perempuan harus mampu berperan di berbagai bidang meliputi sosial, budaya, hingga kesehatan.


Pada masa Rasulullah ada perempuan bernama Rufaida, seorang perawat yang dipuji oleh Nabi sehingga orang-orang diutus untuk belajar ilmu keperawatan kepadanya.


“Kalau kita memahami bahwa perempuan adalah manusia seutuhnya maka dalam berorganisasi tidak ada lagi rasa bersalah. Sehingga tidak lagi merasa meninggalkan kewajiban di keluarga,” tandasnya.


Pantauan NU Online, hadir dalam acara tersebut, Ketua PW Fatayat NU Jateng Hj Tazkiyyatul Muthmainnah dan para kader perempuan NU dari berbagai daerah. Acara tersebut merupakan rangkaian gelaran Konferwil ke-14 PW Fatayat NU yang digelar di Wonosobo, 25-26 Juni 2022.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori