Daerah

Pesantren Sabilunnajah Kendal Wajibkan Santrinya Kuasai Bahasa Inggris

Kam, 3 September 2020 | 03:00 WIB

Pesantren Sabilunnajah Kendal Wajibkan Santrinya Kuasai Bahasa Inggris

Ustadz Mandzhur Labib (kiri) saat menyematkan tanda peserta tanda pelatihan siap dimulai (Foto: Dokumen Pesantren Sabilunnajah)

Kendal, NU Online

Pesantren secara umum lebih banyak menghasilkan santri yang memiliki kemampuan sastra Arab untuk membaca kitab kuning atau mencetak santri penghafal Al-Qur'an. Selain itu, santri juga perlu didorong kompetensi tambahan, yakni kemampuan berbahasa Inggris untuk kepentingan study lanjut atau lainnya. 

 

"Kita tidak tahu yang akan terjadi nanti. Siapa tahu ada yang berprestasi melanjutkan belajar di luar negeri. Mudah-mudahan saja begitu," kata Kepala Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren Sabilunnajah Ustadz Mandzhur Labib saat memberikan motivasi dalam pembukaan pelatihan di Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren Sabilunnajah Desa Penjalin Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah., Selasa (1/9).

 

Disampaikan, untuk hal itu dia meminta agar para tutor menekankan pada kemampuan berbicara dan mendengar. "Pelatihan kali ini kita maksimalkan di laboratorium bahasa. Perbanyak speaking, listening, dan conversation," pesannya.

 

Dengan sarana yang ada, lanjutnya, para peserta yang umumnya santri Sabilunnajah tidak merasa asing mendengar contoh percakapan yang diambil dari internet. 

 

"Kalau yang berbicara bahasa Inggris itu para tutor atau saya, mungkin masih bisa didengarkan atau banyak kata dan ungkapan yang dipahami. Sedangkan ketika mendengarkan orang asing kadang malah bingung," jelasnya.

 

Mantan Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah ini melanjutkan, metode pelatihan harus terus dikembangkan agar para peserta tidak pasif dalam menerima materi pelatihan. 

 

"Mungkin yang juga perlu ditekankan masalah simulasi atau praktik sesuai kurikulum pelatihan yang telah dirumuskan," tandasnya.

 

Muslikh, salah satu tutor BLKK Sabilunnajah kepada NU Online, Rabu (2/9) menjelaskan, kendala yang dihadapi di beberapa pelatihan sebelumnya adalah mentalitas peserta. "Dari dua pelatihan sebelumnya, kendala kita adalah masalah kepercayaan diri. Banyak peserta yang sebenarnya mampu tapi pasif dalam menanggapi instruksi tutor," bebernya.

 

Oleh karena itu ia meminta agar santri memupuk kepercayaan diri agar produk pelatihan bisa mendekati standar kompetensi yang telah ditetapkan. "Malu memang sebagian dari iman, tapi dalam hal belajar itu jangan malu. Sebab, kalau malu malah tidak bisa-bisa," terangnya.

 

Ia pun mengingatkan tentang waktu yang rawan kantuk. Sebagaimana diketahui, jadwal santri di pesantren cukup padat untuk mengaji, menghafalkan nadzam, menghafalkan Al-Qur'an, mujahadah malam dan sebagainya. 

 

"Kalau pas jam siang, ini biasanya berat. Pas lagi ngantuk-ngantuknya. Jadi, kalau ngantuk mau cuci muka atau wudlu, jangan segan-segan untuk minta izin pada tutor," pungkasnya. 

 


Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz