Daerah

Peziarah Ramai, Senyum Pedagang di Makam Syaikhana Khalil Bangkalan Mengembang

Rab, 8 Juli 2020 | 03:00 WIB

Peziarah Ramai, Senyum Pedagang di Makam Syaikhana Khalil Bangkalan Mengembang

Para peziarah mulai memadati makam Syaikhana Khalil di Bangkalan. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Bangkalan, NU Online
Sudah dua pekan ini, suasana di makam Syaikhana Khalil Bangkalan, Jawa Timur terlihat ramai. Tidak semata para peziarah, sejumlah pedagang juga demikian. Ada penjual makanan dan minuman, hingga cindera mata khas Madura.

 

“Alhamdulillah, peziarah di sini sudah mulai ramai,” kata Suherman, Selasa (7/7).  

 

Warga kelahiran Jember tersebut menyebutkan bahwa kondisi ramainya lokasi makam lantaran diberlakukannya new normal atau kenormalan baru. Sebelumnya yakni saat merebaknya virus Corona, suasana makam layaknya wilayah mati.

 

“Padahal makam Syaikhana Khalil tidak pernah ditutup, meskipun Corona merebak,” ungkap pedagang sate ayam tersebut. 

 

Benar juga, kawasan makam ini tidak mengenal lock-down atau penutupan. Para peziarah dapat dengan leluasa datang dan beribadah di masjid yang menyatu dengan lokasi makam para guru kiai terkemuka di Tanah Air tersebut.

 

“Saat Ramadhan juga demikian, shalat wajib dan tarawih bisa dilakukan tanpa protokol kesehatan yang ketat sebagaimana daerah lain,” ungkapnya.

 

Namun demikian, segala kemudahan yang ada ternyata tidak berbanding lurus dengan kunjungan peziarah. Masalahnya bisa lantaran untuk dapat menuju Bangkalan, ternyata para peziarah harus melewati aneka aturan.

 

Harapan Baru
“Akhirnya kami berkesimpulan bahwa ketentuan new normal memberikan pengaruh yang cukup penting bagi kedatangan peziarah,” kata Burhanuddin.

 

Pedagang yang menjual aneka jenis sabit atau clurit dan pisau tersebut sangat merasakan perubahan yang terjadi saat ini. Tidak lagi motor yang berseliweran. Mobil dan bus juga ternyata mulai datang dari berbagai kota. 

 

“Kemarin ada rombongan dari Sukabumi dengan dua bus besar,” ungkapnya. Pada saat yang bersamaan, juga datang rombongan lain dari Jawa Timur dengan mobil pribadi dan mini bus.
Dirinya berharap, kondisi seperti ini dapat terus terjaga. Banyak jamaah yang hadir dari sejumlah daerah seperti sebelum Corona melanda. 
 

Ahmad Mundzir, salah seorang peziarah dari Lumajang menjelaskan bahwa dirinya bersama keluarga sebenarnya telah lama ingin ziarah. Hal tersebut terpaksa ditunda lantaran diberlakukannya aturan untuk di rumah saja. Kontrol di sejumlah jalan juga dilakukan, sehingga tidak sedikit yang akhirnya harus kembali ke rumah.

 

Belum lagi sejumlah destinasi wisata religi yang ternyata ditutup. Seperti pesarean di Tebuireng Jombang dan beberapa daerah juga memberlakukan hal tersebut.

 

“Karena itu kita harus terus menjaga kondisi ini agar suasana tetap kondusif,” tandas ayah dua anak tersebut. 

 

Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR