Daerah

Pilihan Presiden itu Seperti Makan Lontong atau Soto

NU Online  Ā·  Rabu, 26 September 2018 | 03:00 WIB

Pilihan Presiden itu Seperti Makan Lontong atau Soto

Ketua FPK, KH Mohammad Zaimuddin

Jombang, NU OnlineĀ 
Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jombang, Jawa Timur menggelar Silaturrahim Lintas Suku di Salon Erik, Selasa (25/9) malam.

Ketua FPK Jombang KH Mohammad Zaimuddin mengatakan, kegiatan ini sebagai upaya merawat kebersamaan antarsuku atau etnis masyarakat yang ada di Jombang.

Lebih dari itu, upaya tersebut dinilai sangat tepat, lantaran sejumlah masyarakat saat ini tengah menyongsong momentum politik, baik pemilihan legisltif maupun pemilihan presiden.

"Ini momentum yang sangat tepat bertepatan tahun politik. Kadang ada kerawanan-kerawanan yang mudah dimunculkan di tahun politik," ujarnya.

Kerawanan yang cenderung memunculkan konflik itu, menurutnya terkadang bersumber dari kekuatan-kekuatan dari luar. Dan untuk menjaga agar tidak terjadi konflik, maka merawat kebersamaan di antara suku atau etnis menjadi solusi yang efektif.

"Untuk itu kita harus menjaga kerukunan dan kebersamaan antarsuku. Dan bagi saya wajib hukumnya menjaga dan merawat kebersamaan itu," ujarnya.

Ia memaparkan, urusan politik tak seharusnya membuat perpecahan di antara masyarakat. Masyarakat hendaknya kian matang dalam menyongsong tahun politik.Ā 

"Alhamdulillah di Jombang menyongsong tahun-tahun politik selalu damai tenteram," ungkapnya.

Dalam pandangannya, persoalan politik tak ubahnya seperti kerumunan orang yang dihadapkan pada dua macam makanan, misalnya lontong balap atau soto. Kemudian sebagian mereka memilih makanan jenis lontong dan sebagian yang lainnya memilih soto. Pilihan tersebut bukan karena tekanan dan bukan pula karena paksaan, namun memang karena seleranya masing-masing.

"Saya berharap pada calon-calon di Pilpres seperti kita makan lontong balap atau soto. Silakan pilihan berbeda sesuai seleranya masing-masing. Dan jangan sampai beda pilihan itu menimbulkan kebencian," ucapnya.

Yang lebih penting dari perbedaan itu menurutnya adalah menjadikannya sebagai kekuatan khususnya menghadapi tahun-tahun politik seperti saat ini. Caranya, imbuhnya, adalah merawat kebersamaan dari perbedaan tersebut.

"Sebab kebersamaan adalah kekuatan, seberat apapun tantangan kalau kebersamaan itu terjaga akan teratasi," jelasnya.

Hadir pada kesempatan itu, perwakilan dari beragam suku atau etnis. Di anataranya suku Jawa, Madura, Tionghoa, Batak, Bali, dan lain-lain. (Syamsul Arifin/Muiz)