Daerah

PMII Surakarta Gemakan Shalawat Asyghil saat Aksi Tolak UU Cipta Kerja

Sab, 10 Oktober 2020 | 06:10 WIB

PMII Surakarta Gemakan Shalawat Asyghil saat Aksi Tolak UU Cipta Kerja

Saat aksi di Balai Kota Surakarta bersama elemen mahasiswa lainnya, PMII menyerukan shalawat asyghil. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Surakarta juga turut menyuarakan aspirasi menolak Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang dinilai bermasalah dan telah disahkan oleh Pemerintah dan DPR pada Senin (5/10) lalu.

 

Bersama elemen mahasiswa yang lain, PMII Surakarta menggelar unjuk rasa di depan Balai Kota. Di dalam aksi tersebut, rombongan massa aksi menggemakan shalawat asyghil dan demonstrasi pun berlangsung tertib tanpa ada bentrokan sama sekali.

 

"Kemarin saat aksi di Balai Kota Surakarta bersama elemen mahasiswa lainnya kita menyerukan shalawat asyghil bersama-sama. Kami juga berkomitmen agar menggelar aksi dengan tertib dan damai sehingga tidak ada sama sekali bentrokan yang terjadi,” ungkap Ketua Umum PC PMII Surakarta, kepada NU Online melalui sambungan telepon, pada Jumat (9/10) sore.

 

Putri menjelaskan bahwa shalawat asyghil menjadi salah satu ikhtiar untuk mendamaikan hati dan pikiran. Selain itu juga sebagai upaya untuk memerangi kezaliman yang telah dilakukan pemerintah kepada rakyatnya sendiri dengan mengesahkan UU Cipta Kerja yang bermasalah itu.

 

“Itu sebagai salah satu sikap kita untuk menyikapi UU Cipta Kerja. Jadi bagi sahabat-sahabati yang belum bisa ikut menyuarakan aspirasi di jalan setidaknya ikut memberikan doa (shalawat asyghil) untuk keselamatan bangsa kita,” tuturnya.

 

Sejalan dengan itu, Putri juga menginstruksikan kepada kader dan anggota PMII di Surakarta untuk membaca shalawat asyghil sebanyak-banyaknya di rumah masing-masing.

 

“Silakan membaca shalawat asyghil sebanyak-banyaknya. Juga mengirimkan Al-Fatihah sebanyak-banyaknya kepada bangsa Indonesia,” jelas Putri.

 

Jadi, katanya, dalam rangka menolak UU Cipta Kerja itu ada dua cara yang dilakukan PMII Surakarta yakni dengan menggelar aksi di jalan dan juga melakukan ikhtiar melalui doa. 

 

“Shalawat asyghil itu supaya para pemimpin kita dibukakan mata hatinya sehingga terbuka dan mau mendengarkan suara masyarakat,” ucapnya.

 

Sebelumnya, hal yang sama (pembacaan shalawat asyghil) juga dilakukan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

 

“Ikhtiar batin itu dibaca serentak dari rumah masing-masing pada bakda maghrib selama tiga malam sebagai ikhtiar batin kaum santri untuk menyikapi UU Cipta Kerja,” kata Zaynollah, Ketua PC IPNU Sumenep. 

 

Lebih lanjut, Zaynollah mengungkapkan bahwa ikhtiar batin tersebut atas dasar mematuhi pesan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang menganjurkan warga NU agar bersikap dengan cara-cara yang elegan dan tawasuth (moderat). 

 

“Maka disampaikan kepada seluruh kader IPNU dan IPPNU di Sumenep dari berbagai tingkatan untuk bersama-sama melakukan gerakan batin dan gerakan moral ini,” tambahnya.

 

Ketua PC IPPNU Sumenep Syarifatul Jamilah mengungkapkan bahwa ikhtiar batin itu merupakan cara yang dikhususkan untuk tiga hal. Pertama, masyarakat atau demonstran yang sedang berjuang di lapangan (kemarin) dapat terjaga keselamatannya.

 

“Kedua, aparat keamanan agar tetap humanis dan mengayomi. Ketiga, anggota DPR untuk bisa lebih bijak dan membatalkan putusannya (yang menuai polemik),” jelas Syarifah.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan