Daerah

Protes pada Nikmat Allah Lebih Berdosa dari Menikmati Kesenangan Dunia

Ahad, 22 Desember 2019 | 08:00 WIB

Protes pada Nikmat Allah Lebih Berdosa dari Menikmati Kesenangan Dunia

Pengasuh Pondok Pesantren Mathlaul Huda Ambarawa, Pringsewu, Lampung KH Mubalighin Adnan dalam Ngaji Ahad (Jihad). (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Dalam Kitab Minahussaniyah yang ditulis Syekh Sayyid 'Abd al- Wahhab asy-Sya'rani disebutkan bahwa Nabi Daud diingatkan oleh Allah SWT untuk mengajak kaumnya agar tidak terlalu bernafsu makan makanan yang disenangi. Hal ini karena hati yang dikendalikan kesenangan (syahwat) akan menghalangi hubungan seseorang dengan Allah SWT.
 
Makan makanan yang disenangi bisa menolak seseorang dekat dengan Allah. Ali Al-Khowash pernah menyatakan, seorang murid tidak akan mencapai tempat siddiq kecuali dengan mengagungkan Allah dan melaksanakan perintah serta menjauhi larangan Allah.
 
Hal ini dijelaskan Pengasuh Pondok Pesantren Mathlaul Huda Ambarawa, Pringsewu, Lampung KH Mubalighin Adnan dalam Ngaji Ahad (Jihad) Pagi yang dilaksanakan di aula gedung NU Kabupaten Pringsewu, Ahad (22/12) pagi.
 
"Hamba yang mencapai maqam siddiq mampu melaksanakan sunnah seolah wajib, meninggalkan makruh sebagaimana haram dan meninggalkan perkara haram sebagaimana kekufuran. Ia juga mampu meniatkan semua perbuatan mubahnya untuk kebaikan, sehingga mendapat pahala," jelas Wakil Rais syuriyah PCNU Pringsewu ini.
 
Manusia lanjutnya, tidak dilarang menikmati kesenangan dunia. Namun semuanya harus mampu menghantarkannya semakin dekat dengan sang kuasa. Semisal tidur siang haruslah dengan niat agar kuat shalat malam. Makan makanan yang enak untuk mengobati keinginan nafsu ketika sulit diajak ibadah, dan menggunakan pakaian bagus demi memperlihatkan nikmat Allah dan lain-lain. 
 
"Jadi bukan untuk sombong, riya, dan merasa lebih dari orang lain," ingatnya.
 
Menurut Abu Hasan As-Syadzili diperbolehkan minum dan makan yang enak, tidur di atas kasur yang empuk, dan berpakaian dengan pakaian yang bagus. Namun saat memakainya hendaklah mewujudkan niat untuk bersyukur dengan mengucapkan 'Alhamdulillah'.
 
Rasa syukur ini berbeda bila seseorang makan dari makanan roti kasar, minum air asin, tidur pada tempat yang kotor dan berpakaian dengan pakaian murahan dan mengucapkan 'Alhamdulillah', namun hati masih ada rasa protes dan menggerutu kepada Allah.
 
"Memprotes dan menggerutu kepada Allah lebih besar dosanya daripada bersenang-senang dengan kenikmatan dunia. Sebab, bersenang-senang berarti masih dalam batas melakukan sesuatu yang diperbolehkan, sedang menggerutu dan benci berarti melakukan sesuatu yang dilarang," pungkasnya.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin