Internasional

Santri NU Bersepeda Keliling Dunia (Bagian I); Hakam Mabruri dan Barzanji

Kam, 17 Oktober 2019 | 07:45 WIB

Santri NU Bersepeda Keliling Dunia (Bagian I); Hakam Mabruri dan Barzanji

Hakam Mabruri saat berada di Gurun Sinai, Mesir, 2017 (Foto: IG @hakammabruri)

Jakarta, NU Online 
Namanya Hakam Mabruri, seorang warga NU dari Desa Gading, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pria yang lahir tahun tahun 1982 ini pernah menjadi santri di Pondok Pesantren An-Nur II Malang dari tahun 1995 hingga 1998 di bawah asuhan KH Badruddin Anwar Nur yang kini telah tiada. 

Waktu dia menjadi santri, ia tak pernah bercita-cita sebagai seorang pesepeda. Bahkan berkeliling dunia. Sebagaimana santri lainnya, ia hanya belajar kitab kuning dengan beragam cabang ilmu di samping ia menjadi murid sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Hakam bukan santri yang menonjol, tapi dekat dengan kiai. Itu pun bukan karena kecanggihannya menghafal atau menguasai kitab fiqih, melainkan sering bolos mengaji, sering mendapatkan hadiah ta’zir (hukuman)  dan kerap mengajukan izin pulang. Suatu ketika, saat meminta izin, sang kiai bertanya. 

“Kamu mau ke mana?”

“Saya mau pulang, sangu (bekal) saya sudah habis?”

“Kalau menjadi menjadi santri bukan begitu caranya mendapatkan sangu,” katanya. 

“Terus bagaimana, kiai?” 

“Sangu itu harus dipanggil, bukan kamu yang mendatanginya,” jelas kiai. 

“Harus bagaimana?” lagi-lagi Hakam tak mengerti. 

Kemudian ia disuruh duduk dan diminta membacakan kitab Barzanji karangan Syekh Bushari pada halaman-halaman bagian akhir. Ia tak mengerti perintah tersebut, tapi melakukannya. Belakangan, ketika ia berusaha memahami kalimat-kalimat tersebut ada yang bermakna, pohon-pohon yang mendatangi Rasulullah Muhammad SAW. 

Ia masih selalu ingat peristiwa itu. Bagian hidup yang tak terlalu dimengertinya, tapi ia lakukan. Kemudian karena ia sering kena sanksi, hukumannya adalah membaca kitab Barzanji tersebut. Sehingga kitab tersebut hampir hafal. Bahkan hingga kini masih sering membacanya.

“Saya pernah kena hukuman selama 41 hari harus membaca Barzanji," katanya. "Di saat-saat ada masalah, Barzanji itulah yang saya baca,” lanjut  Hakam.  

Waktu itu, ia tak pernah terpikirkan untuk bertemu Syekh Bushiri, ulama penyair yang “jatuh cinta” kepada Nabi Muhammad tersebut. Sama sekali tidak pernah. Namun, karena hukuman yang berbuah kesukaan itu, ia bisa menemuinya. Bukan bertemu dengan jasadnya memang, melainkan pusaranya, di Alexandria atau Iskandaria. Ya, Hakam dengan bersepeda berhasil menemui pengarang yang dikaguminya itu pada tahun 2017. 

“Betapa senangnya membaca kitab di hadapan pengarangnya,” ungkap hakam.

Saat itu, Hakam bersama istrinya, melakukan keliling Timur Tengah dengan bersepeda. Ketika sampai di Mesir, mereka menyempatkan diri ziarah ke makam Imam Al-Bushiriy yang wafat pada tahun 694 H/1294 M. Ulama penyair yang wafat pada umur 87 tahun dan dimakamkan di dekat makam Syaikh Abil Abbas al-Mursi di Iskandaria, Mesir. 

Perjalanan Hakam waktu itu adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dengan bersepeda. Karena tak bisa melewati Myanmar, ia melakukan penerbangan Thailand-India. Karena ia juga tak mendapatkan izin untuk memasuki Pakistan, Palestina dan Israel, ia melakukan penerbangan India-Yordania. Kemudian ia melakukan perjalanan darat ke Mesir. Setelah itu ke Arab Saudi sembari melaksanakan umrah. Kemudian pulang dengan penerbangan Arab Saudi-Indonesia. 

Hakam dan istrinya dalam perjalanan itu menghabiskan waktu 14 bulan. Sebelum berangkat, yakni pada Februari 2016, Hakam dan istri ditinggal anak pertamanya. Ketika pulang dari perjalanan itu istri Hakam mengandung bayi 3 bulan. Kini usia anaknya 1,5 tahun. 

Dan, dalam waktu dekat ini, Hakam akan kembali berangkat keliling Afrika yang akan melewati 14 negara, menempuh 11.000 km, dalam waktu setahun. Kali ini ia sendirian karena sang istri tak bisa jauh dari putrinya.  

Perjalanan jauh itu, bagi anggota Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Malang ini membutuhkan semangat dan doa dari para guru dan kiai, maka pada 10 Oktober lalu, ia menemui Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, meminta doa restu.  
 
Perjalanan Hakam selama di Afrika, akan ia unggah melalui akun instagramnya di @hakammabruri. 
 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan