Sampang, NU Online
Warga NU di Kabupaten Sampang menyoroti kurang efektifnya Program Indonesia Pintar (PIP). Pasalnya, hingga kini, siswa putus sekolah masih tinggi.
"Kami sangat menyesalkan keseriusan pemerintah. Sebab, dalam dua tahun terakhir, angka siswa putus sekolah dari masing-masing jenjang pendidikan, masih relatif tinggi," kata mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Sampang, Jawa Timur, Ghufron Siraj, Senin (8/10).
Penegasan Ra Ghufron, sapaan akrabnya ini tidak semata klaim. Namun, berdasar data di Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sampang yang menunjukkan, pada 2016 sampai 2017, terdapat sebanyak 550 anak putus sekolah.
"Rinciannya, siswa SD/MI sebanyak 250 anak, sedang siswa SMP/MTS berjumlah 300 anak,” ungkapnya. Yang menjadi factor dominan adalah kemiskinan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, lanjutnya.
Jumlah siswa penerima PIP yang tercatat oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang pada tahun 2017, untuk tingkat SD tercatat sebanyak 55.700 anak. Namun jumlah tersebut tidak menampung semua siswa miskin, sehingga angka putus sekolah masih tergolong tinggi.
Menurut Ra Ghufron, untuk menekan angka putus sekolah, membutuhkan terapi khusus, melalui penyadaran bahwa pendidikan itu penting. “Selain itu, pemerintah harus membantu dalam memenuhi kebutuhan biaya sekolah, karena penyebab putus sekolah masih didominasi oleh kemiskinan,” jelasnya.
Menurutnya, Disdik tidak hanya mengandalkan bantuan PIP dari pemerintah pusat. “Namun dapat membantu dengan menyediakan bantuan kepada siswa miskin yang tidak terkafer oleh PIP,” ungkapnya. Mengingat faktor utama putus sekolah itu karena kemiskinan, lanjutnya.
"Pemerintah daerah harus membantu siswa miskin yang tidak terkafer PIP ini agar angka putus sekolah dapat diminimalisir,” katanya. Di sisi lain, pemerintah tetap gencar mensosialisasikan pentingnya pendidikan kepada semua elemen masyarakat, utamanya di daerah pelosok desa, lanjutnya.
Sementara itu, Kapala Bidang (Kabid) Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Disdik Sampang Achmad Mawardi mengatakan, angka siswa putus sekolah di Kota Bahari sulit ditekan. Meski selama ini pemkab sudah menjalankan program bantuan operasional sekolah (BOP) dan Program Indonesia Pintar (PIP). Namun, hal itu belum terbukti menekan tingginya angka putus sekolah.
Angka putus sekolah di Sampang didominasi oleh faktor keterbatasan ekonomi keluarga. “Juga rendahnya kesadaran orang tua untuk terus menyekolahkan anaknya hingga lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi," tukasnya. (Hairul Anam/Ibnu Nawawi)