Jember, NU Online
Sejumlah organisasi massa membahas cara menanggulangi radikalisme agama yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mencapai tujuannya di Pondok Pesantren Maslahatul Ikhwan, Desa Rambigundam, Rambipuji, Jember, Jawa Timur.
Ormas-ormas yang bertemu pada Sabtu (8/10) tersebut menilai efek radikalisme agama bisa menyebabkan perang saudara. Oleh karena itu, wajar jika tekad untuk meredam radikalisme muncul dari sejumlah kalangan yang cinta kedamaian dan kerukunan.
Salah seorang delegasi LDNU Cabang Jember, Moch. Kholili menegaskan bahwa dewasa ini bukan hanya aksi teroris yang mengancam ketenteraman dan kedamaian, tapi radikalisme juga menjadi hantu bagi damainya kehidupan.
“Sebab, radikalisme secara substansial juga mengarah kepada terorisme. Karena apa pun yang dianggap tidak sepaham dengan mereka, dianggap musuh. Sekarang memang masih belum begitu terasa karena kekuatan mereka masih kecil, tapi kalau sudah besar, habis kita,” ungkapnya kepada NU Online usai pertemuan.
Sedangkan Ketua LBMNU Jember, Ustadz Syukri Rifa’ie menjelaskan bahwa Nahdlatul Ulama yang amalannya paling “disorot” oleh kelompok radikal, perlu merapatkan barisan dan bergandengan tangan dengan pihak lain untuk menangkal pergerakan radikalisme.
Ia mengaku yakin radikalisme bukan hanya musuh NU, tapi juga musuh masyarakat secara keseluruhan, bahkan musuh bangsa Indonesia. “Radikalisme itu musuh kita semua. Yang namanya radikal di mana-mana memang seperti itu. Yang dianggap paling benar hanya dirinya sendiri,” ujarnya.
Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari Aswaja Center NU Jember, LDNU, LBMNU, LPAI (Lembaga Pembinaan Akhlaq Islamiah), Autada (Assosiasi Ulama Tapal Kuda), DMI (Dewan Masjid Indonesia) Banser NU, Ikatan Takmir Masjid dan Mushala dan FPI Jember tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan.
Kesepakatan-kesepakan mereka di antaranya adalah mengawal kebijakan atau Raperda Deradikalisasi, memperkuat kapasitas pengasuh pesantren dan stakeholder lainnya seperti takmir masjid dan pengelola mushalla.
“Dan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk doktrin kekerasan, dalam rangka mewujudkan Islam yang rahmatal lil’alamin,” lanjut Ustadz Syukri. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)