Daerah

Rais NU Jakarta Barat: Jangan Hanya Tergiur Tawaran Beasiswa

Ahad, 6 Oktober 2019 | 09:00 WIB

Rais NU Jakarta Barat: Jangan Hanya Tergiur Tawaran Beasiswa

Rais PCNU Jakarta Barat, KH Abdurrahman Shoheh saat Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula Kantor NU Kabupaten Pringsewu, Lampung. (Foto: NU Online/Muhammad Faizin)

Pringsewu, NU Online
Di era saat ini, pengurus dan warga Nahdlatul Ulama harus memperkuat jamaah dan jamiyah sesuai pesan yang diamanatkan Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi. Pengurus NU harus mampu membariskan warganya dengan baik jika tidak mau dibariskan oleh orang lain.
 
Hal ini diingatkan Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jakarta Barat, KH Abdurrahman Shoheh. Hal tersebut disampaikan kala mengisi Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula Kantor NU Kabupaten Pringsewu, Lampung, Ahad (6/10).
 
Di antara penguatan yang harus dilakukan di antaranya dengan mendidik anak-anak dan generasi muda NU sehingga tahu dan cinta kepada NU dan para kiai. Pendidikan Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah melalui pesantren NU dan kitab-kitab harus terus diperkuat.
 
"(Ini) Agar anak-anak kita tidak abu-abu dalam ber-NU. Kalau tidak dibimbing di wadah lembaga pendidikan NU, maka akan sulit menerimanya (Aswaja dan ber NU)," katanya.
 
Dalam mencari lembaga pendidikan dalam hal ini pesantren untuk anak-anaknya, warga NU harus selektif dan tidak hanya terbawa oleh tren ataupun informasi iklan. Saat ini banyak pesantren yang bukan NU dan memiliki kurikulum di luar Aswaja dengan menyiapkan fasilitas dan beasiswa untuk menarik masyarakat.
 
"Ayo jangan jauhkan anak-anak kita dari komunitas kita dengan memasukkan ke pesantren bukan milik NU. Jangan hanya tergiur dengan beasiswa gratis yang bisa jadi itu jebakan," ujarnya.
 
Mendidik generasi muda saat ini untuk ber-NU sangat penting di tengah gempuran paham-paham radikal dan liberal yang terus menggempur lewat media sosial. Dengan keragaman suku, bahasa, dan agama di Indonesia Islam Aswaja an-Nahdliyah terbukti menjadi corak yang paling tepat di Nusantara ini.
 
"Kalau tidak ada NU, rasanya sudah dari dulu Indonesia bubar. NU menjadi benteng terakhir kehidupan damai di Indonesia," tegasnya.
 
Berbagai paham transnasional seperti khilafah dan sejenisnya terus berusaha mengganti ideologi negara Pancasila, Bineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 (PBNU). Mereka menyasar para generasi muda untuk belajar agama versinya yang lebih menekankan tampilan fisik.
 
"Bagi generasi milenial non pesantren, belajar agama ala mereka lebih menarik dengan tampilan fisik yang terlihat islami," ungkapnya.
 
Sementara Bupati Pringsewu, KH Sujadi yang hadir pada Jihad Pagi tersebut juga mengingatkan agar seluruh warga NU berpegang kuat kepada Nahdlatul Ulama dan mendidik para anak-anak di pesantren NU. 
Di akhir acara, ia pun menuliskan pesan untuk para jamaah di papan tulis: "Ayo (ber) NU. Ayo Nyantri (NU)".
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Ibnu Nawawi