Daerah

Ribuan Santri Lirboyo Ikuti Salat Istisqa

NU Online  ·  Jumat, 17 November 2006 | 12:45 WIB

Kediri, NU Online
Sedikitnya 5.000 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, mengikuti salat "istisqa" atau salat untuk meminta hujan, di tanah lapang yang selama ini menjadi lahan parkir Aula Al Muktamar, Jumat.

Meski berlangsung di bawah terik matahari, namun para santri tetap khusyu menjalankan salat dua rakaat, diakhiri yang dengan pembacaan khutbah berbahasa Arab sekitar 30 menit oleh salah seorang pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Anwar Manshur.

<>Tidak hanya para santri, binatang ternak seperti sapi dan kuda pun dibawa ke tengah tanah lapang saat ibadah itu berlangsung, sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW. Sebelum menjalankan ritual salat ini, para santri di Lirboyo diinstruksikan menjalankan ibadah puasa empat hari sejak Selasa (14/11) lalu.

"Sebenarnya Selasa lalu, salat istisqa ini sudah bisa dijalankan, namun saat itu para santri masih sibuk mengikuti aktivitas belajar di pondok. Kebetulan Jumat ini hari libur santri, sehingga mudah mengerahkannya ke sini," ungkap KH Anwar Manshur usai membacakan khutbah.

Menurut dia, cuaca di Kota Kediri dan sekitarnya ini memang sudah sangat panas dan air di pondok dan rumah-rumah penduduk sudah tidak jernih lagi. "Oleh sebab itu, sudah seharusnya kami melakukan salat ’istisqa’ meskipun hukumnya sunnah (lebih baik dikerjakan)," ujarnya seraya mengingatkan bahwa salat ’istisqa’ ini bukan yang terakhir kalinya, karena jika hujan tak kunjung datang, maka ritual itu boleh dijalankan lagi.

Ia berpendapat, gejala alam di Kota Kediri seperti ini sebagai bentuk peringatan (bala), agar seluruh umat manusia tetap harus ingat kepada Sang Pencipta. Santri Ponpes Lirboyo pernah melakukan ibadah serupa sekitar sepuluh tahun lalu yang digelar di sekitar Jalan Veteran, Kota Kediri.

Salat istisqa di pelataran parkir Aula Al Muktamar ini, dilakukan sekitar 30 menit setelah salat "Jumu’ah" yang diadakan di dalam masjid kompleks aula yang dibangun pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid itu. (ant/mad)