Saat Pakar Kaji Buku Islam Yes, Khilafah No Jilid 2
NU Online · Ahad, 24 Februari 2019 | 08:00 WIB
Keluarga Pelajar Madrasah Bahrul Ulum (KPM-BU), Tambakberas, Jombang, Jawa Timur gelar acara kajian buku Islam Yes, Khilafah No jilid 2 karya Gus Nadir, Ahad (24/2) di Aula Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Dua pakar dihadirkan sebagai pembicara. Yakni, Zacky Ismail Dosen Uinsa sekaligus Peneliti dan Penulis Kajian Islam serta Ainur Rofiq Al-Amin seorang dosen, penulis yang juga mantan Hizbut Tahrir (HT).
Menurut pandangan Zacky Ismail, dari sejumlah literatur yang dibaca, dapat diambil kesimpulan bahwa khilafah bukan sesuatu yang fundamental, dan tidak ada sistem baku bertata negara dalam ajaran Islam.
"Dan khilafah bukan sesuatu yang sempurna dan ketidaksempurnaan tersebut adalah fakta sejarah, dan sudah tercatat dibeberapa kitab-kitab klasik, seperti Tarikh at-Tabbari, Albidayah wa an-Nihayah dan seterusnya," ucapnya.
Dalam buku yang ditulis Nadirsyah Hosen, kata dia, juga telah mengungkap fakta sejarah khilafah Islam sejak priode Khulafaur Rosyidin, Bani Muawiyah dan Bani Abasiyah. Referensi yang dipakai dalam buku itu sangat komplit, sehingga penting menjadi bacaan masyarakat luas, tak terkecuali kaum santri.
Kalangan santri juga hendaknya menerjemahkan buku itu dengan bahasa Arab juga bahasa Inggris. Ini tentu akan sangat membantu masyarakat di luar negeri juga memahami isi buku yang dinilai cukup mudah dimengerti itu.
"Amat bagus sekali, misalnya buku ini di translate (artikan) ke bahasa Inggris atau bahasa Aarab oleh santri Bahrul Ulum, agar bisa dibaca dan dipelajari negara lain untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin," tambahnya.
Sementara itu, Dr Ainur Rofiq lebih berbicara soal perkembangan yang terjadi saat ini tentang upaya menerapkan sistem khilafah di Indonesia.
Hingga saat ini menurut dia, simpatisan khilafah diketahui masih gencar mempromosikan sistem khilafah kepada berbagai kalangan. Mereka juga tak jarang menggunakan legitimasi agama juga dengan menakut-nakuti sepanjang mempromosikan sistem itu. Seperti kalimat maksiyat, adzab dan lain sebagainya.
"Dasar yang dipakai mereka yang mempromosikan sistem khilafah amat sangat perlu dikritisi. NKRI adalah perjuangan yang panjang dan melelahkan, ini adalah hasil ijtihad para ulama sekaligus kesepakatan putra bangsa demi utuhnya bangsa dan negara," jelasnya.
Dalam kitab klasik disebutkan bahwa ijtihad tidak bisa digugurkan dengan Ijtihad, imbuh pria yang kerap disapa Gus Rofik ini.
Bilqies, salah satu peserta mengemukakan rasa senangnya bisa mengikuti kajian buku itu. "Saya sangat senang dan berterimakasih dengan adanya acara ini, karena semakin faham dan mengerti perbedaan ide khilafah dan NKRI yang jadi kesepatan putra bangsa," tuturnya.
Hadir pada kesempatan ini kalangan santri Bahrul Ulum Tambakberas, IPNU-IPPNU, BEM Unwaha, STIKES, IAIBAFA beserta para guru. (Syamsul Arifin/Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua