Daerah

Saatnya Generasi Muda NU Penuhi Dunia Maya dengan Konten Kreatif

Kam, 24 Oktober 2019 | 04:00 WIB

Saatnya Generasi Muda NU Penuhi Dunia Maya dengan Konten Kreatif

Bincang Media: Bijak Bermedia Sosial untuk Islam Rahmatan lil Alamin yang digelar Pengurus Ranting GP Ansor, Baledono, di Pondok Pesantren Ma'unah Purworejo, Kamis (17/10) malam.

Purworejo, NU Online
Di tengah arus informasi media yang sangat deras, peran generasi muda NU seperti kader Ansor dan para santri sangat penting untuk terus memproduksi konten positif dari para kiai dan ulama NU untuk disyiarkan di dunia maya.
 
Langkah ini merupakan upaya untuk memayoritaskan konten keislaman dari kalangan santri NU. Pasalnya saat ini konten ke-NU-an masuk dalam kategori minoritas di dunia maya jika dibanding jumlah dan potensi warganya.
 
Demikian diungkapkan kontributor NU Online Ahmad Naufa Khoirul Faizun saat menjadi narasumber dalam Bincang Media: Bijak Bermedia Sosial untuk Islam Rahmatan lil Alamin yang digelar Pengurus Ranting GP Ansor, Baledono, di Pondok Pesantren Ma'unah Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (17/10) malam.
 
"Kita sudah menjadi mayoritas di dunia nyata, tapi masih minoritas di dunia maya," ungkap Naufa, sapaan akrabnya, di depan puluhan kader muda Ansor dan para santri.
 
Ia pun mendorong kader Ansor dan para santri untuk menjadi subjek dalam bermedia, yakni dengan memproduksi konten-konten keislaman. Dengan begitu, dunia maya akan didominasi wajah Islam yang damai dan mencerahkan.
 
"Yang bisa menulis, silakan menulis. Apa saja bisa ditulis, semisal pengajian kiai Anda sekalian di pesantren. Yang paham agama, silakan bikin video ceramah dan menebarkan kebaikan. Bantu publikasikan mauidzah hasanah dari para kiai dan ulama yang mumpuni," jelasnya.
 
Menurut Naufa, para santri dan pemuda NU juga harus lebih kreatif dalam mempublikasikan konten di dunia maya agar bisa lebih menarik. Menurutnya, sudah cukup banyak pengajian dari tokoh dan kiai NU di media sosial seperti Youtube. Namun masyarakat perkotaan kadang terkendala dua hal yakni komunikasi yang rata-rata memakai bahasa Jawa dan durasi ceramah yang panjang serta terdiri dari berbagai tema.
 
Sehingga Naufa berharap, agar ada yang memotong ceramah tersebut menjadi tematik (sesuai tema) dengan durasi 5-10 menit sekaligus memberi subtitle (terjemah) jika menggunakan bahasa daerah.
 
Selain itu, lanjutnya, bisa juga membuat konten sendiri dengan mewawancarai kiai tentang suatu hukum atau digitalisasi hasil Bahtsul Masail NU.
 
"Ini akan efektif jika ada tim khusus yang menangani masalah media. Mesti mencari kader NU yang bisa urusan shooting. Dan tentunya, perlu dukungan dari NU, semisal bisa kerjasama dengan LAZISNU atau Tim Koin NU, agar yang menangani ini juga bisa tetap beli kopi," selorohnya, diikuti gelaktawa peserta.
 
Kontributor: Fikri Amrillah
Editor: Muhammad Faizin