Daerah

Santri Buntet Adakan Pawai, Upacara dan Ziarahi Makam Kiai Abbas

Rab, 23 Oktober 2019 | 04:45 WIB

Santri Buntet Adakan Pawai, Upacara dan Ziarahi Makam Kiai Abbas

Upacara Hari Santri Buntet (Foto: NU Online/Abdul Mu'izz)

Cirebon, NU Online 
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2019, Ribuan Santri Pondok Buntet Pesantren Cirebon (BPC) menziarahi makam kompleks Komandan Perang 10 November, KH Abbas.

Bertempat di Kompleks Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) BPC, Jl KH Wahid Hasyim Mertapada, Astanajapura, Cirebon, (22/9), kegiatan diikuti oleh 7000 santri dan pelajar MI, MTs, MA dan Perguruan tinggi di bawah naungan YLPI Buntet pesantren. 

Pantauan NU Online, para santri mengawali rangkaian acara dengan mengadakan pawai dan upacara terlebih dahulu. Setelah itu, mereka langsung menziarahi makam keluarga pengasuh pondoknya, termasuk Kiai Abbas dan ayahnya, KH Abdul Jamil.

Sekretaris YLPI BPC, KH Aris Ni'matullah mengatakan, melalui kegiatan ini diharapkan para santri dapat meneladani kirprah perjuangan para kiai dan santri terdahulu.

Lebih lanjut, Kiai Aris menjelaskan, paling tidak terdapat dua hal mengapa HSN penting diperingati. Pertama, HSN mengingatkan kepada kita bahwa, dahulu para santri bersama para kiai ikut serta mewakafkan jiwa dengan mengorbankan dirinya melawan para penjajah yang berniat kembali merebut kemerdekaan Indonesia.

Dalam peristiwa itu, Kiai Aris menerangkan bahwa, kembali datangnya para penjajah itu bermula pada tanggal 2 Oktober 1945. Saat itu, belanda yang diboncengi sekutu Inggris berniat  menguasai Jawa bagian timur.

Namun, Kiai Aris mengatakan, gelagat jelek penjajah itu langsung diketahui oleh rakyat Indonesia, termasuk presidennya, Ir Soekarno. Sehingga, Soekarno langsung bergegas berunding sekaligus meminta bantuan kepada Ulama kharismatik dari Jombang, yakni KH Hasyim Asy'ari.

Usai berunding, pada 22 Oktober KH Hasyim Asy'ari memutuskan untuk mengumpulkan para kai di seluruh pulau Jawa untuk mengadakan Bahtsul Masail. Hasilnya bahwa, hukum melawan penjajah adalah fardhu 'ain. 

Saat keputusan itu dikumandangkan melalui fatwa resolusi Jihad KH Hasyim Asyari, semangat perjuangan para santri kembali membara. Mereka kemudian berperang melawan para penjajah beserta sekutunya, dengan dikomandani oleh Kiai asal Buntet Pesantren Cirebon, Kiai Abbas. 

Dalam peperangan itu, para kiai dan santri berhasil mengusir kedatangan penjajah. "Bahkan, yang membunuh Pimpinan Penjajah, Jendral Mallaby adalah seorang santri itu sendiri ", ungkapnya.

Kedua, Kiai Aris mengungkapkan bahwa HSN dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi warga terhadap pemerintah yang telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai HSN.

Di era sekarang, Kiai Aris berpesan kepada para santri untuk dapat memerangi hoaks, yang dilakukan oleh para oknum di media sosial. Sehingga, Kiai Aris berharap para santri tidak mudah diadu domba dan terprovokasi dengan isu-isu hoaks yang saat ini tengah beredar di media sosial. 

Kontributor: Abdul Mu'izz
Editor: Abdullah Alawi