Daerah

Sabar dan Perkaya Ilmu, Cara Pemilik Usaha Ini Bertahan di Tengah Pandemi

Kam, 25 Juni 2020 | 02:30 WIB

Sabar dan Perkaya Ilmu, Cara Pemilik Usaha Ini Bertahan di Tengah Pandemi

A'dhom saat ditemui di ruang kerjanya bersama barang dagangannya. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Memasuki era new normal atau tatanan kenormalan baru, usaha milik alumni Pondok Pesantren Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini kembali bangkit setelah melewati masa sulit di tengah pandemi Covid-19.


Santri tersebut bernama A'dhomussjuhur, pemilik merk dagang bernama 'Adhom Indonesia'. Pria yang akrab disapa Aa' ini menyediakan berbagai jenis kopiah dan perlengkapan haji di Jalan Pahlawan, Kepanjen, Jombang. Harga yang ditawarkan juga pun bermacam-macam mulai dari Rp20 ribu hingga Rp50 ribu per biji.


"Selama pandemi Covid-19, penjualan turun hampir 50 persen. Syukur tidak ada pemecatan karyawan, tapi ada pengurangan bonus. Kalau Tunjangan Hari Raya (THR) masih tetap kemarin," katanya kepada NU Online, Rabu (24/6). 


Menurutnya, pendapatannya menurun karena selama ini pasar penjualannya yaitu sekolah, pesantren, yayasan, dan dan toko grosir selama pandemi tidak lagi membeli barang. Hal ini menjadi faktor utama penghasilannya otomatis berkurang.


"Kita beralih jualan model eceran lewat online. Setidaknya bisa bertahan. Kunci sukses dalam bisnis yaitu aksi langsung, istikamah dan update ilmu baru," ungkap A'dhom.


Awalnya, A'dhom memasuki dunia bisnis karena teringat nasihat gurunya yang mengatakan bahwa santri itu tidak semuanya harus menjadi kiai, ada juga yang jadi pengusaha tapi jiwanya tetap santri.


Saat memulai bisnis, A'dhom masih duduk di bangku kuliah di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan. Modal awal hanya Rp250 ribu dan aktif jualan online. Seusai kuliah, tahun 2018 ia mulai grosir dengan kerja sama ke beberapa grosir.


"Kini saya punya tiga karyawan dan mulai bulan Juni 2020 ini bisnis sudah mulai normal kembali," ungkapnya.


Berkat kesabarannya, 'Adhom Indonesia' sudah menembus pasar internasional. Jenis usaha kini menyediakan berbagai jenis songkok. Ada songkok hitam, peci rajut, peci maiyah, dan peci haji.


Untuk pasar online pengiriman ke seluruh Indonesia. Sedangkan pasar Internasional baru bisa kirim ke Malaysia dan Arab Saudi.


Alumni Asrama Sunan Ampel Mamba'ul Ma'arif Denanyar ini menjelaskan 'Adhom Indonesia' memiliki dua nama produk khusus songkok, yaitu songkok ummah dan wali. "Nama ummah terinspirasi dari nama ibu saya Umrotul Mahfudoh. Rembukkan dengan keluarga, satunya dinamakan Wali. Terinspirasi dari Wali Songo," beber Aa'


Aa' memilih jenis usaha kopiah karena barang ini sudah jadi kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak hari raya tetap ada yang beli. Termasuk kalangan non-Muslim. "Sehari bisa menjual 50-100 peci," beber pria yang masih jomblo ini.


Selanjutnya, salah satu karyawan Adhom Indonesia bernama Heni Rusdiana mengatakan, salah satu kunci kesuksesan bisnis kopiah ini karena sistem pengelolaannya adalah kekeluargaan.


"Semua sudah seperti satu keluarga, jadi kalau ada apa-apa mudah menyelesaikannya," jelasnya.


Sikap 'Adhom yang khas santri, menurut Heni juga mempengaruhi suasana kerja menjadi lebih enak. Santri terbiasa hidup dengan karakter banyak orang dan tak mudah menyerah. "Sudah nyaman di sini," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin