Daerah

Salah Niat, "Amar Ma’ruf Nahi Munkar" Bisa Timbulkan Kemungkaran Baru

Rab, 17 Februari 2016 | 12:00 WIB

Malang, NU Online
Pengurus Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Jawa Timur mengingatkan agar berhati-hati dalam bersikap terhadap adanya kemungkaran. Karena jika terjadi kesalahan sedikit saja dalam menyikapi kemungkaran tersebut, ujungnya akan berbahaya kepada diri sendiri.

KH Azizi menilai bahwa memang benar Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah bagian dari perintah agama. Namun demikian, jika dilakukan dengan niatan yang tidak benar, tidak murni karena untuk menjunjung kalimah Allah, maka akan sia-sia.

“Ingat, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa dibalik amar ma’ruf nahi munkar. Sedikit saja bergeser niatnya, maka itu adalah kemungkaran,” katanya di hadapan para wakil dari cabang NU se Jawa Timur dalam acara Bahtsul Masail Islam Nusantara di Aula Gedung Utama Rektorat Universitas Negeri Malang, Sabtu (13/2/2016) lalu.

Kiai Blitar yang juga alumni Lirboyo ini kemudian menjelaskan mengapa di balik amar ma’ruf nahi mungkar ada kemungkaran. Ia menjelaskan alasan-alasan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin.

“Imam Al-Ghazali mengatakan demikian karena jika terjadi kesalahan niat dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar maka akan ada kemungkaran yang lain. Kemungkaran itu berupa: merendahkan orang lain, merasa benar sendiri sedang yang lain salah, sombong dan melakukan kerusakan,” katanya.

Lebih lanjut ia mengingatkan bahwa Al-Quran sama sekali tidak memerintahkan Umat Islam memusnahkan semua kemungkaran di muka bumi. Melainkan Al-Quran memerintahkan kita untuk menolaknya saja.

“Ingat, bahwa kalimatnya dalam Al-Quran adalah wa’mur bil ma’rufi wanha anil munkar. Jadi kita diperintahkan untuk menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Bukan membasminya,” paparnya.

“Di mana-mana kemungkaran itu pasti ada dalam kehidupan di dunia. Itu adalah sunnatullah bahwa ada kebaikan ada keburukan. Jadi tidak dapat kita sirnakan yang namanya kemungkaran. Hanya saja jika kita menolak dan mencegahnya, akan mendapat pahala,” tambahnya. (Ahmad Nur Kholis/Fathoni)