Daerah

Sambut Pembelajaran Tatap Muka, Pesantren Nurul Qarnain Jember Perketat Prokes

Rab, 23 Desember 2020 | 12:30 WIB

Sambut Pembelajaran Tatap Muka, Pesantren Nurul Qarnain Jember Perketat Prokes

Salah satu kegiatan santri Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember dengan penerapan protokol kesehatan. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember Jawa Timur, termasuk pesantren yang cukup siap menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan tatap muka. Sebab, selama ini pesantren yang terletak sekitar 22 kilometer ke arah timur laut kota Jember tersebut, sudah terlatih menjalankan pembelajaran dengan tatap muka.


“Bagi santri mukim, sudah lama kami menjalankan pembelajaran dengan tatap muka, tentu dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono, Ustadz Badrut Tamam di kediamannya, Rabu (23/12).


Menurutnya, untuk menjalankan KBM dengan tatap muka di lembaga formal, pihaknya masih menunggu informasi dari pemerintah Kabupaten Jember. Sebab, walaupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menganjurkan pembelajaran tatap muka dimulai Januari 2021, tapi penentu kebijakan tergantung masing-masing kepala daerah karena tingkat dampak wabah Corona tidak sama.


Namun Ustadz Tamam, sapaan akrabnya, mengakui bahwa Pesantren Nurul Qarnain sangat siap untuk menjalankan pembelajaran tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes).


“Perlakuan terhadap santri mukim terkait dengan pembelajaran, juga akan kami berlakukan kepada murid yang menjalankan pembelajaran tatap muka di lembaga formal,” tambahnya.


Untuk itu, Ustadz Tamam mengaku sudah merancang aturan agar KBM bisa berjalan dengan lancar tanpa harus khawatir terhadap ancaman penularan virus Corona. Untuk santri non-mukim (yang sekolah di lembaga formal) tidak boleh lewat gerbang utama, tapi harus masuk lewat pintu samping (barat).


“Kendaraan juga parkir di situ, pengantar (kalau ada) juga sampai di situ,” jelasnya.


Selain itu, murid dalam keadaan pakai masker, membasuh tangan dulu sebelum masuk kelas. Saat di ruang kelas, murid tidak diperkenankan bersalaman dengan guru maupun antar sesama murid. Tempat  duduk sudah diatur sedemikian rupa, yakni memenuhi  jarak ideal physical distancing. Murid tidak boleh menjalin kontak (tatap muka) dengan santri mukim.


“Bagi guru yang berasal dari zona merah, belum diperkenankan mengajar,” ungkapnya.


Saat ini jumlah santri mukim mencapai 1000-an putra, dan 2000-an putri. Sedangkan lembaga yang dimiliki pesantren adalah PAUD, Raudlatul Athfal, SD Islam, Madrasah Ibtidaiyah Takmiliyah, Madrasatul Qur’an, MTs., MTs. Mu’adalah, MA Mu’adalah, Ma’had Aly, dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin