Bogor, NU Online
Puluhan santri Pondok Pesantren Al Fatah, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memperingati Haul ke-492 Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), maharaja Pajajaran yang bertahta di “Tatar Sunda” tahun 1482-1521.<>
Demikian diungkapkan Pimpinan Pesantren Al Fatah, KH Saeful Milah Hasbi kepada NU Online di Bogor, Selasa (31/12).
Kegiatan haul tersebut dihelat pada Jumat sore (27/12) merupakan hasil kolaborasi antara Pondok Pesantren Al Fatah dan Yayasan At-Tawassuth, yang diikuti sebanyak 60 orang dari sejumlah pesantren di Ciomas, Bogor.
Hadir pula Ketua Pengurus Cabang Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PC Lesbumi) NU Kota Bogor, Bambang “Ciras” Sudarsono serta perwakilan unsur budaya Sunda.
Saeful Milah mengutarakan, peringatan haul ke-492 Prabu Siliwangi merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh Yayasan At-Tawassuth bersama Pesantren Al Fatah. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk do’a bagi almarhum Prabu Siliwangi, yang dalam sejarah tercatat sebagai raja terbesar dan termasyhur di Tatar Sunda.
Kegiatan tersebut bertajuk “Haul ka-492 Eyang Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja)” dengan mengangkat tema “Napak Tilas Karuhun: Nyaluyukeun Ageman sarta Budaya dina Kahirupan Balarea Tatar Sunda” alias “Napak Tilas Leluhur: Menyelaraskan Agama dan Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Tatar Sunda.”
Kegiatan haul diisi dengan khataman al-Qur’an, membaca tahlil, dzikiran, dan tawassulan, yang ditujukan ke para “syaikh” atau ulama-ulama besar masa silam yang berjasa dalam mengislamkan Tatar Sunda, terutama dinasti Prabu Siliwangi yang memegang peran kunci dalam sejarah Islamisasi Jawa Barat dan Banten.
Dalam sejarah Islamisasi Tatar Sunda, ujar Saeful Milah, selalu menyinggung peran tiga putra-putri Prabu Siliwangi dari isteri Nyi Mas Subang Larang, yaitu Pangeran Cakra Buana, Nyi Mas Lara Santang, dan Kian Santang (Sunan Rohmat Suci, Godog, Garut).
Cakra Buana merupakan aktor utama berdirinya Kesultanan Cirebon. Sedangkan Lara Santang tak lain sebagai ibu kandung Sunan Gunung Djati --salah seorang tokoh wali Sembilan--, yang melahirkan ulama-ulama besar di Jawa Barat.
Adapun tokoh Kian Santang hingga kini sangat melegenda dalam benak masyarakat Jawa Barat, sebagai ulama dan “anak raja” yang lebih memilih hidup mengembara dan menyatu dengan masyarakat demi melakukan tugas “dakwah islamiyyah.”
Saeful mengatakan, pihaknya bersyukur dapat menghelat haul Prabu Siliwangi. Ia berencana memperingati haul tersebut setiap tahun. “Pesantren Al Fatah dan Yayasan At-Tawassuth akan aktif dalam menghelat haul, terutama haul para ulama Tatar Sunda dan juga tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU),” paparnya. (Ahmad Fahir/Anam)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua