Daerah

Santri Menara di Jakarta Tahlil Tujuh Hari Kiai Sya'roni Ahmadi

Rab, 5 Mei 2021 | 12:30 WIB

Santri Menara di Jakarta Tahlil Tujuh Hari Kiai Sya'roni Ahmadi

Tahlil tujuh hari wafatnya Kiai Sya'roni Ahmadi, Selasa (4/5). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Ikatan Keluarga Alumni Qudsiyyah (IKAQ) Jakarta menggelar tahlil untuk mengenang dan mendoakan KH Sya'roni Ahmadi. Pada acara ini digelar khataman dan diisi mauidhah hasanah. Kegiatan berlangsung di bilangan Kebagusan, Jakarta Selatan, Selasa (4/5).

 

Mauidhah hasanah disampaikan oleh KH Zulfa Musthofa, Rais Syuriyah PBNU. Menurut Kiai Zulfa, Kiai Sya'roni adalah sosok ulama yang istiqomah dalam mengayomi masyarakat. 

 

Karenanya, Kiai Zulfa berharap, santri-santrinya dapat meneladani keistiqomahan Kiai Sya'roni dalam berdakwah. Khususnya kepada santri-santri Menara Kudus yang di Jakarta dengan berbagai bidang pekerjaannya.

 

"Kiai Sya'roni adalah sosok penghafal Al-Qur'an yang alim dan mempu menjelaskan dengan baik kepada masyarakat. Keterangan dan kutipan-kutipan beliau bahkan akan mampu diingat orang dalam jangka panjang," terang Kiai Zulfa.

 

Acara tahlil tujuh hari Kiai Sya'roni Ahmadi ini dimulai dengan semaan Al-Qur'an dan dilanjutkan dengan Tahlil dan buka puasa bersama. Setelah itu dilaksanakan Tarawih berjamaah.  Turut diperingati haulnya dan didoakan dalam acara ini antara lain KH Ma'ruf Asnawi, KH Ma'ruf Irsyad, KH Khoiruzzad Turaichan dan para masyayikh lainnya. 

 

Acara ini diselenggarakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, yakni pembatasan peserta, jaga jarak, ruangan terbuka dan tetap memakai masker. Hadir dalam acara ini antara lain, KH Muhyiddin Ishaq Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta, KH Taufiq Damas serta para habaib dan ulama lainnya 


Turut berpartisipasi dalam acara ini antara lain Ikatan Keluarga Santri Abiturien (IKSAB) TBS Jakarta. Forum Silaturrahim Keluarga Alumni Banat NU (Forsikabanu) Jakarta.

 

Seperti diketahui, ulama besar asal Kudus Jawa Tengah, KH Sya’roni Ahmadi, wafat pada Selasa 27 April 2021 pagi ini pada usia 89 tahun. Dalam keterangan lain, disebut berusia 92 tahun. Ulama kharismatik yang tercatat sebagai Mustasyar PBNU ini mengembuskan nafas terakhir sekitar pukul 09.00 WIB di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Hal ini diketahui dari surat keterangan meninggal dunia yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit.

 

Kiai Sya'roni Ahmadi sering menyampaikan dalam pengajian bahwa penjelasan mengenai kandungan Al-Qur’an memang harus disampaikan dengan menyesuaikan kemampuan pendengarnya. Vernakularisasi menjadi jalan ampuh agar ayat-ayat Al-Qur’an dapat menyentuh hati masyarakat.

 

Pengajian Tafsir al-Jalalain di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus, setiap Jumat bakda Subuh yang diampunya berlangsung selama hampir 40 tahun, yakni sejak 1983. Pengajiannya menarik ribuan jamaah yang tidak saja berasal dari Kudus, melainkan juga dari beberapa kota di sekitarnya. Bahkan, mereka bukan saja Nahdliyin yang berafiliiasi dengan Nahdlatul Ulama, tetapi juga ada yang merupakan warga Muhammadiyah. Kiai Sya’roni memang tidak pernah membeda-bedakan dua ormas tersebut. Pengajian yang disampaikannya juga lebih umum.

 

Tidak saja mengajar di masjid-masjid, Kiai Sya’roni juga tercatat menjadi pengajar di sejumlah pesantren dan madrasah di Kota Kudus, seperti Madrasah Banat NU, Muallimat, Qudsiyyah, Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS), dan Madrasah Diniyah Kradenan Kudus. Bahkan, ia juga menyampaikan ceramah dalam berbagai acara sejak mudanya.

 

Kiai kelahiran Kudus, 17 Agustus 1931 itu sudah menjadi yatim sejak kecil. Ibunya wafat saat usianya masih 8 tahun, sedangkan ayahnya menyusul lima tahun berikutnya, saat ia berusia 13 tahun. Setelah itu, ia diasuh kakeknya.

 

Editor: Kendi Setiawan