Daerah

Sejak 1960, Pasar Antik di Jakarta Sediakan Barang Unik Senilai hingga Puluhan Juta Rupiah

Sen, 11 Desember 2023 | 20:00 WIB

Sejak 1960, Pasar Antik di Jakarta Sediakan Barang Unik Senilai hingga Puluhan Juta Rupiah

Kaligrafi yang diukir di gading gajah di Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Di jantung Jakarta terdapat destinasi wisata unik yang menawarkan aneka barang-barang antik. Pasar ini terletak di Jalan Surabaya, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Surga bagi para kolektor barang antik ini letaknya sekitar 500 meter dari Stasiun Cikini.


Setiap langkah, para pengunjung akan menemukan dengan mudah barang-barang unik nan antik seperti piring kuno, patung-patung, lampu-lampu, hingga peralatan rumah tangga zaman dulu. Pasar ini sudah ada sejak 1960-an. Para pedagang barang antik ini melapak di trotoar sepanjang satu kilometer.


"Tahun 1960-an ini sudah ada, ada sekilo dari ujung ke ujung, kurang lebih satu kilo (meter). Dulu itu model kaki lima, pikul, itu menurut cerita dari mereka yang bisa dipertanggungjawabkan," ujar salah satu pedagang bernama Alex kepada NU Online, Ahad (11/12/2023).


Ia menjelaskan bahwa konsep pasar antik di tahun tersebut mirip dengan pasar kaget. Para pedagang menjajakan dagangannya pada pagi hari, lalu sorenya mereka pulang. Namun seiring perkembangan zaman, pemerintah mulai membuat bangunan sedikit demi sedikit, sehingga seperti yang tampak sekarang.


"Sore itu jalan pulang, semacam kayak pasar kaget gitu, tetapi memang khusus kayak barang-barang loak itu dulu. Perkembangan zaman lain ini mulai sedikit-sedikit dibangun, lama-lama regenerasi, semakin lama semakin maju seperti sekarang ini, dan ini memang aset Pemda, dan resmi ini pedagang kaki lima," imbuh pria yang sudah 10 tahun berjualan di Pasar Antik meneruskan lapak keluarganya.


Alex menuturkan bahwa di Pasar Antik Jalan Surabaya menyediakan barang-barang antik, mulai dari guci, kayu, hingga kuningan. Harganya berkisar Rp100 ribu hingga puluhan juta rupiah. Ia menceritakan dua hari lalu, dua meriam (kano) di tokonya laku oleh orang Jakarta dan Jawa Timur dengan harga puluhan juta.


"Barang-barang tua ini, kalau saya kan suka mengoleksi barang-barang tua, jadi tidak ada barang produksi, barang-barang  asli, dari sana ke sana banyak kuningan, kayu, banyak, guci-guci banyak. Segala macam ada, barang lawas-lawas semua," ungkapnya.


Ia menambahkan tidak ada barang-barang tertentu yang laku, semuanya relatif laku, orang-orang membeli barang antik tergantung hobinya mengoleksi barang antik apa.  


"Jadi barang sudah pasti laku kalau  di sini, apa saja laku, sebab orang kan memang orang yang mengerti itu tahu, kalau ini tidak produksi lagi. Jadi mereka berlomba untuk disimpan," teragnya.


Ia menjelaskan bahwa pengunjung Pasar Antik di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat ini tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga ada wisatawan mancanegara. Di antaranya Prancis, Belanda, dan negara-negara di Eropa lainnya. Ada juga pengunjung dari Jepang, Cina, dan India. 


"Kemarin itu Tajikistan banyak. Mereka dapat ini dari google, kan di Google ada, Pasar Antik di Jakarta, jadi sudah pada tahu. Jadi kadang-kadang satu bus pada ke sini. Karena memang karya kebudayaan Nusantara ada di sini, karena memang kebanyakan khas Indonesia gitu, walaupun bikinannya Belanda, tetapi tetap ada khas Indonesia," jelasnya.


Karena kerap dikunjungi oleh wisatawan asing, maka mau tidak mau para pedagang Pasar Antik di Jalan Surabaya Jakarta ini wajib mempelajari dan menggunakan bahasa Inggris. Penggunaaan bahasa Inggris hanya sebatas pada komunikasi untuk jual beli, seperti tawar menawar.


"Harapannya pemerintah tetap memperhatikan dari segi bangunannya, dirapikan. Kalau jualan barang antik, tempatnya mewah, nggak antik. Di sini tempatnya tidak boleh dijualbelikan, turun temurun dari keluarga, dari generasi ke generasi," pungkasnya.