Daerah

Selain Teroris, Perilaku Kelompok ‘Menyimpang’ juga Perlu Diwaspadai

Sel, 30 Maret 2021 | 14:00 WIB

Selain Teroris, Perilaku Kelompok ‘Menyimpang’ juga Perlu Diwaspadai

Ketua FKUB Jember, Gus Mu’is, Kapolres Jember, Dandim 0824/Jember, dan Danyonif Raider 509 Kostrad saat menjadi narasumber dalam pertemuan lintas tokoh agama. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Bom bunuh diri yang mengguncang Makassar, Ahad (28/3) pagi  meningkatkan kesiagaan sejumlah daerah, termasuk Jember. Untuk mengantisipasi peristiwa Makassar tidak terjadi di Jember, sejumlah pemimpin lintas agama dan pimpinan formal Kabupaten Jember menggelar pertemuan di Gereja Santo Yusuf, Jalan Kartini, Jember Jawa Timur, Selasa (30/3).


Pertemuan yang diinisiasi oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jember itu di antaranya dihadiri oleh wakil agama Krsiten, Katolik, Hindu, Budha, Kepercayaan, Pemerintah Kabupaten Jember, LDII, NU, Kapolres Jember, Dandim 0824/Jember, La Ode Muhammad Nurdin dan Danyonif Raider 509 Kostrad, Syafrinaldi.


Menurut Ketua FKUB Jember, Gus Abdul Mu’is Shanhaji, kejadian bom Makassar telah membangunkan kesadaran bangsa Indonesia betapa pentingnya menjaga kerukunan dan persatuan. Walaupun latar belakang bom bunuh diri itu bukan konflik antar umat beragama, namun karena yang menjadi sasaran bom adalah tempat ibadah (gereja), maka mau tidak  mau kekhawatiran terjadinya konflik antar pemeluk agama, menyeruak.


“Tapi insyaallah kita umat beragama tidak tidak terjebak peristiwa itu. Kami harus bersatu untuk menangkal berkembangnya kelompok radikal,  termasuk teroris,” ucapnya.


Gus Muis, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa pelaku teror dipicu oleh pemahaman agama yang dangkal, memahami teks Al-Qur’an tidak sesuai dengan konteksnya. Misalnya soal perintah jihad, yang oleh mereka dimaknai sebagai perang, membunuh dan sebagainya. Padahal konteks jihad sekarang beda.


Ia mengaku bangga terhadap semangat belajar agama di kalangan anak muda, khususnya di lingkungan kampus, yang saat ini tumbuh dengan baik. Namun tak jarang jalur belajar mereka salah, menempuh jalan radikalisme sehingga akhirnya menolak Pancasila, menentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan sebagainya.


“Itu bibit-bibit yang kelak bisa menjadi radikal, dan selanjutnya menjadi teroris,” jelasnya.


Di tempat yang sama, Kapolres Jember, Arif Rachman Arifin, menyatakan bahwa bukan hanya aksi teroris yang perlu diwaspadai, tapi juga perilaku keagamaan yang menyimpang, yakni selalu merasa benar sendiri, dan menganggap orang lain salah juga harus diwaspadai. Sebab perilaku kelompok semacam itu bisa menjadi sumbu pendek bagi tersulutnya api konflik dan aksi kekerasan horisontal.


“Di Jember, kelompok-kelompok seperti itu sudah ada, dan kami pantau terus,” ucapnya.


Pria yang baru bertugas 143 hari di Jember itu, menambahkan bahwa para aktor radikalisme juga memanfaatkan media sosial untuk melakukan propaganda keagamaannya. Mereka melakukan cuci otak (pembaca) dengan menampilkan ajaran-ajaran yang ekstrem, menyalahkan ajaran orang dan sebagainya.


“Itu juga bahaya, dan harus kita hindari,” ungkapnya.


Dalam pertemuan itu, disepakati untuk meningkatkan silaturrahim antar tokoh lintas agama, menggelar kegiatan bersama yang melibatkan warga lintas agama, dan dalam waktu dekat akan digelar gowes bareng, yaitu sepedaan bersama antar tokoh dan warga lintas agama.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin