Nasional

Tak Sekadar soal Agama, Ini Rentetan Aksi Teror JAD di Indonesia

Sen, 29 Maret 2021 | 16:15 WIB

Tak Sekadar soal Agama, Ini Rentetan Aksi Teror JAD di Indonesia

Ilustrasi terorisme. (Foto: NU Online

Jakarta, NU Online

Ideologi keagamaan yang ekstrem memang tidak bisa dilepaskan dari para pelaku teror. Namun, masalah terorisme bukan hanya sekadar persoalan agama yang perlu terus-menerus dilakukan moderasi dan deradikalisasi, tetapi masalah antisipasi dan kesigapan pemerintah dan aparat agar tidak banyak terjadi korban ke depannya.


Pengamat terorisme, Robi Sugara menyampaikan bahwa para pelaku bom Bali 12 Oktober 2002 menggunakan Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 60 sebagai landasan bagi para ekstremis bahwa Muslim dibenarkan menjadi seorang teroris.


“Jadi dalam pandangan para ekstremis, menteror musuh-musuh Allah diperintahkan dalam Al-Qur'an,” tulis Robi melalui Facebooknya.


Aksi teror terbaru terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Polri mengonfirmasi bahwa pelaku bom bunuh di gereja tersebut merupakan anggota teroris JAD (jamaah anshorut daulah).


Kelompok teroris ini sudah beberapa kali melakukan aksi teror di Indonesia. Berikut laporan yang dikutip dari DW.


Bom Thamrin, Jakarta


Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta.


Serangan di Mapolres Surakarta


Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.


Bom Molotov di Samarinda


Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.


Bom Kampung Melayu


Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri ‎Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.


Ledakan di Bandung


Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.


Kerusuhan di Mako Brimob


Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.


Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya


Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.


Gagal di Riau


Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.


Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar

 

Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan