Daerah

STAIN Kudus-IPNU Jepara Kaji Islam Inklusif

NU Online  ·  Senin, 9 September 2013 | 12:00 WIB

Jepara, NU Online
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIN Kudus bekerjasama dengan PC IPNU Jepara mengkaji Islam Inklusif dalam Workshop Pengabdian Mahasiswa kepada Masyarakat: Pola Penguatan Keberagaman Islam Inklusif bagi Masyarakat Jepara, bertempat di pendopo kabupaten Jepara, Ahad (8/9).
<>
Kegiatan yang dihadiri ratusan peserta dari pengurus PAC IPNU, PC IPNU, BEM STAIN Kudus, BEM UNISNU Jepara, PMII Cabang Jepara dan Banom NU menghadirkan 4 pembicara Fathul Mufid (Ketua STAIN Kudus), Saekan Muchith (Wakil Ketua I STAIN Kudus), Kisbianto (Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus) dan Zakariya Anshori (Pembina IPNU Jepara).

Chusni Maulana, Ketua IPNU Jepara mengatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragam. Karenanya Chusni mengajak agar saling menghargai kepada umat yang berbeda keyakinan. Disamping itu ia menghimbau untuk mempertahankan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai kader NU ia juga mengajak menjadi agen perubahan bangsa. “Yakni kader yang mempertahankan Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaahserta mempertahankan keutuhan NKRI,” tegas Chusni.

Ketua BEM STAIN Kudus, Muhammad Syaiful menyebut Islam Inkusif ialah beragama yang mau menerima dan membuka diri dengan keyakinan agama yang lain. Hal itu disebutkannya sebagaimana Piagam Madinah yang mengakui keberadaan umat nonmuslim.  

Dengan workshop itu Syaiful menghimbau kader NU untuk terus membuka diri. Dikemukakannya dengan memperkuat ritual Nahdliyyin dan tidak meninggalkan kajian-kajian intelektual.

Bupati Jepara, H Ahmad Marzuqi sebelum membuka acara dalam sambutannya menyatakan tidak sepakat dengan kelompok yang hendak mengislamkan dunia maupun mengislamkan Indonesia. Karena menurutnya Indonesia mempunyai keragaman agama, suku maupun ras. 
Afdolnya, masih menurut Marzuqi justru sebagai penganut keyakinan beragama dituntut untuk bisa saling menghargai perbedaan. “Harapannya kita semakin sadar dan semakin lebih terang, lebih jelas serta tidak sebelah mata dalam beragama,” harapnya melanjutkan sambutannya.

Di Jepara sambungnya masyarakat sudah semakin cerdas dalam menghargai perbedaan. Nuansa gontok-gontokan, centang perentang dan adu bebas untuk mempertahakankan keyakinan masing-masing lanjutnya sudah tidak seperti dulu lagi.

Karenanya sikap menghargai perbedaan kepada ratusan hadirin agar terus ditingkatkan. Sehingga masyarakat penganut beragama akan semakin sadar untuk tetap menghargai perbedaan. (Syaiful Mustaqim/Abdulah Alawi)