Daerah

Tafsir Al-Bayan Karya KH Shodiq Hamzah Dibedah di UIN Walisongo Semarang

Sab, 8 Oktober 2022 | 11:00 WIB

Tafsir Al-Bayan Karya KH Shodiq Hamzah Dibedah di UIN Walisongo Semarang

Suasana diskusi dan bedah Tafsir Al-Bayan karya Pengasuh Pesantren Asshodiqiyah Semarang, KH Shodiq Hamzah. (Foto: Gigih Firmansyah)

Semarang, NU Online
Tafsir Al-Bayan karya Pengasuh Pesantren Asshodiqiyah Semarang, KH Shodiq Hamzah dibedah dalam seminar yang digelar Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, Kamis (6/10/2022).


Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Dr Hasyim Muhammad, menjelaskan bahwa KH Shodiq Hamzah merupakan ulama yang produktif. Sebanyak 37 karya dia tulis. Terakhir adalah tafsir Al-Bayan yang dibedah ini.


Hasyim menjelaskan, penulisan Tafsir Al-Bayan diselesaikan selama dua tahun dan merupakan karya yang dahsyat. Oleh sebab itu, forum ini merupakan kesempatan yang luar biasa dalam kajian tafsir.


“Ini bagi mahasiswa sangat penting. Ini baru. Ini kesempatan luar biasa. Anda bisa ramai-ramai untuk mengkaji tafsir karya beliau,” terangnya.


Dalam kesempatan tersebut, KH Shodiq Hamzah memaparkan bahwa tulisan tafsirnya berangkat dari pengamatannya terhadap kebutuhan masyarakat umum. Karena itu, ia menulis menggunakan tulisan latin berbahasa Jawa.


Kiai Shodiq juga melihat beberapa tafsir sebelumnya, seperti Tafsir al-Ibriz, Tafsir al-Iklil, Tafsir Kemenag, dan lainnya. Menurut dia, tafsir-tafsir itu kurang bisa dipahami secara langsung oleh masyarakat awam.


“Karena itu, saya mencoba menulis. Lalu, saya perlihatkan ke beberapa orang. Ternyata mereka bisa paham,” ungkap Kiai Shodiq.


Di dalam tafsirnya, di awal surat ia menjelaskan terkait turunnya surat makkiyah-madaniyah, jumlah ayat, kalimat, sampai jumlah huruf. Ia menuliskan tafsirnya menggunakan huruf latin dan dibuat per kosakata Al-Qur’an. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan asbabun nuzul dan penjelasan lainnya.


“Penjelasan saya ambil dari karya ulama-ulama dahulu. Sudah lengkap 30 juz," papar Kiai Shodiq.


Selaku pembahas dalam seminar ini, yaitu Pengkaji Tafsir Nusantara Dr Islah Gusmian dan Dosen Tafsir UIN Sunan Kalijaga Dr Ahmad Rofiq.


Tafsir Bahasa Jawa
Pengkaji Tafsir Nusantara Dr Islah Gusmian menyampaikan bahwa tafsir Al-Qur’an dengan bahasa Jawa sebenarnya banyak sekali. Termasuk tafsir karya Kiai Shodiq akan menambah kekayaan karya tafsir dalam Bahasa Jawa.


Sedangkan terkait rasm (tulisan), Islah menyebut rasm yang digunakan Kiai Shodiq agak berbeda dengan rasm Usmani. Ini memang kesengajaan penulisan atau kesalahan ketik. Meski demikian, Islah menyarankan agar rasm-nya disesuaikan dengan rasm Kemenag.


“Kita menyerahkan sesuaikan Kemenag saja,” ujar Dosen Tafsir UIN Raden Mas Said Surakarta ini.


Adapun terkait makna dalam tafsir al-Bayan, ia mengakui bahwa tafsir tersebut keren. Yaitu menggunakan tradisi pesantren dibawa ke dunia lain. “Menurut saya ini pilihan yang keren untuk masyarakat umum,” ujar pria kelahiran Pati, 22 Mei 1973 ini.


Ia juga mengungkapkan, dalam tafsir Al Bayan ini tradisi unggah-ungguh di Jawa juga dipakai oleh Kiai Shodiq. Seperti ketika orang munafiq menggunakan diksi ‘ngucap’, sedangkan Nabi Muhammad saw ‘ngendiko’. Hal itulah yang membuat tafsir ini unik.


“Terjemah yang beliau pilih ini unik. Mengadaptasi tradisi, juga memberikan kata kunci yang dijelaskan,” terang Islah.


Bukan tafsir lokal
Dalam kesempatan itu, Dosen Tafsir UIN Sunan Kalijaga Dr Ahmad Rofiq menilai bahwa meskipun Tafsir Al-Bayan menggunakan bahasa lokal (Jawa), akan tetapi ia bukan tafsir lokal. Pasalnya, isu-isu global juga dibahas di dalam karya ini.


“Bahkan, fenomena lokal atau Jawa dalam tafsir ini tidak dibahas. Beda dengan Tafsir Ibriz yang ada fenomena Jawanya,” terangnya.


Terkait corak penafsiran, Rofiq mengatakan, tafsir ini memiliki beragam laun (warna). Ini menunjukkan penulisnya yang tidak konsisten. Tetapi, lanjut dia, justru banyak karya-karya besar yang memang tidak konsisten, seperti Al-Itqan karya Jalaluddin al-Suyuthi.


“Justru karya-karya besar memang banyak yang inkonsisten. Nah, yang konsisten hanya disertasi,” selorohnya disambut tawa hadirin.


Salah satu yang disorot oleh Rofiq, tafsir al-Bayan ini juga diwarnai diksi-diksi khas pesantren. Seperti kata tafa'ul. Makna tafa'ul khas santri, menurut dia beda dengan makna yang ada dalam Lisanul Arab karya Ibnu Mandzur.


Kontributor: Gigih Firmansyah
Editor: Musthofa Asrori