Jombang, NU Online
Maraknya konten negatif dalam dakwah Islam,menjadikanĀ salah satu guru Pesantren Al-Aqobah, Jombang Jawa Timur Abdurrahman mengikuti kegiatan dakwah milenial di Gerakan Indonesia Kita (Gita) dan Nur Cholis Majid Society (NCMS) Jakarta.
Peserta kegiatan ini merupakan para da'i-da'iyah terpilih dari berbagai daerah di Indonesia berasal dari Jombang, Medan, Tangerang Selatan dan Jogjakarta diminta menyampaikan pesan sejuk dan direkam secara profesional.
Sebelum mengikuti kegiatan ini, para peserta diminta mengirim video ceramah agama dengan durasi satu menit. Selanjutnya panitia akan memilih video terbaik dan lima orang yang lolos akan diajak rekaman di Jakarta Selatan.Ā
Bertempat di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan. Sebanyak lima penceramah terbaik diambil videonya selama dua hari. Selanjutnya video tersebut akan disebarkan ke berbagai media untuk dipublikasikan secara masif. Nama kegiatan ini yaitu Nur Alan Nur yang terinspirasi dari Al-Qur'an.
"Acara ini menurut saya sangat menarik, karena para penceramah muda dari berbagai daerah diundang ke Jakarta. Diberikan fasilitas gratis lalu diminta menyampaikan ceramah agama dan direkam di studio secara profesional. Total ada lima penceramah yang diundang. Kita dibekali berbagai teknik cara berbicara yang baik dan enak didengarkan, banyak ilmu yang didapat dari sini," kata Abdurrahman kepada NU Online, Selasa (25/9).
Guru pelajaran bahasa arab ini menyebutkan, tujuan kegiatan ini untuk memberikan alternatif baru ceramah untuk generasi muda yang padat dan berisi. Tanpa harus menjelekkan kelompok lain dan orang yang berbeda pemikiran.
Menurutnya, selama ini banyak dijumpai penceramah muda yang suka mengkafirkan muslim yang lain. Hanya karena berbeda pilihan politik saja. Ada juga penceramah yang ngaku milineal tapi menafsirkan ayat Al-Qur'an dengan sesuka hati. Tanpa ada landasan literasi yang kuat.
"Isu yang kita angkat dalam ceramah agama ini yaitu isu kontemporer seperti hukum menyebarkan kabar hoaks, nikah dini, vaksin, memilih pemimpin baru. Kita diingatkan untuk tidak menjelekkan kelompok mana pun. Jadi pesan yang disampaikan harus sejuk, damai dan berargumentasi kuat," tambahnya.
Abdurrahman menjelaskan, memasuki tahun politik ini maka sangat rawan ada penceramah yang condong ke salah satu pilihan politik. Dan mempengaruhi setiap materi yang disampaikan. Sehingga inti ceramah atau kejadian agama berubah jadi suasana kampanye.
"Wajah Islam sedikit banyak ditentukan oleh para tokoh agama. Jika ceramah disampaikan secara brutal, maka orang akan menangkap itu. Inikan bahaya buat citra Islam ke depan. Padahal nabi mengajarkan para sahabatnya dakwah dengan baik dan bijaksana. Inilah yang ingin kita rubah, jadi Islam harus tampil bagus, damai, jelas dan menginspirasi," pungkasnya. (Syarief Abdurrahman/Muis)