Teguran Keras bagi Manusia Tak Ridho, Sabar, dan Bersyukur
NU Online · Ahad, 4 September 2016 | 14:01 WIB
Pringsewu, NU Online
Kehidupan merupakan proses terjadinya perubahan dalam diri setiap manusia. Perubahan tersebut mengarah kepada dua titik yaitu titik positif dan negatif. "Tentunya perubahan yang kita inginkan adalah menuju kearah titik positif," demikian dikatakan KH Sujadi saat meyampaian kajian tafsir Al-Quran Surat Al Falaq pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Ahad (4/9).
Dalam menjalani kehidupan, lanjut Bupati Pringsewu ini, diperlukan kepasrahan, kesabaran dan rasa syukur kepada yang telah memberi kehidupan yaitu Allah SWT. Mengutip sebuah Hadits Qudsi, umara sekaligus ulama ini menjelaskan bahwa siapa pun yang pasrah kepada ketentuan Allah, bersabar terhadap ujian Allah dan syukur terhadap nikmat yang telah diberikan-Nya, maka ia pada hari kiamat dikumpulkan dengan orang orang yang jujur.
Sebaliknya, lanjut Mustasyar PCNU Pringsewu ini, jika dalam menjalani kehidupan ini kita tidak ridho, tidak sabar dan tidak bersyukur maka Allah SWT memberi teguran keras dengan mengingatkan kita untuk keluar dari bumi dan langit Allah serta dipersilahkan mencari Tuhan selain-Nya.
"Mari kita maksimalkan nikmat dan fasilitas yang telah diberikan Allah kepada kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bukan fasilitas yang telah kita nikmati ini malah menjauhkan kita dari Allah SWT. Pasrah, Sabar dan bersyukurlah," ujarnya.
Salah satu cara untuk memiliki kepasrahan, kesabaran dan rasa syukur menurut bupati bersahaja ini adalah dengan menjauhi sifat hasad atau iri dan dengki sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Falaq ayat terakhir yang dikaji tersebut.
"Iri dan dengki itu seperti api yang melalap kayu bakar. Pelan-pelan amal baik kita akan hilang dikikis sifat hasad ini," terangnya
Di antara beberapa ciri dari sifat iri yang harus dijauhi, menurutnya, adalah tidak suka kepada kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan menginginkan nikmat tersebut hilang. "Orang yang memiliki sifat iri ini juga berharap nikmat yang didapat orang lain itu kalau bisa bergeser kepadanya," tambahnya.
Bukan cuma nikmat yang berwujud materi saja yang diincar oleh orang yang sudah terasuki oleh sifat iri ini. Rasa tidak suka kepada kesalehan dan ibadah orang lain, merasa susah jika ada orang lain lebih dari dia, juga selalu hadir dalam hatinya.
"Termasuk senang kepada pangkat dan derajat serta mengincar-incar jabatan untuk menjadi penguasa juga termasuk tanda orang-orang yang iri," katanya.
Potensi munculnya semua sifat ini, lanjutnya, adalah dengan selalu merasa pasrah, sabar dan bersyukur dengan nikmat dari Allah baik kecil maupun besar. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua