Sukoharjo, NU Online
Pegiat Lakpesdam NU Sukoharjo Mibtadin Anas Ahmad berhasil menyelesaikan program doctoral (S-3) di bidang Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pria kelahiran Ngawi pada 15 maret 1981 itu meneliti tentang eksistensi gerakan sosial Islam anak muda NU yang mengambil pilihan melalui LSM seperti LKiS, Fahmina, dan The Wahid Institute.
Kepada NU Online belum lama ini, Mibtadin mengaku tertarik untuk mempelajari gerakan sosial Islam, di kalangan anak muda NU tersendiri, terutama terkait diskursus politik, resource mobilization, dan framing gerakan mereka.
“Gerakan ini berangkat dari pemikiran keislaman kritis-transformatif untuk mendorong perubahan sosial keagamaan di Indonesia. Meski dengan model, tiplogi, dan pendekatan gerakan sosial mereka berbeda sesuai lokalitas masing-masing, tetapi mereka menuju pada arah yang sama, yaitu mencari terobosan baru untuk menguatkan demokratisasi, pluralisme, kebebasan beragama di Indonenesia,” papar pria yang juga aktif di RMI-NU Jateng ini.
Di depan ketua sidang Prof. Yudian Wahyudi dan anggota penguji lainnya, Mibtadin menjelaskan temuan-temuan dalam penelitian ini bahwa keberadaan LSM sebagai media gerakan sosial Islam menjadi fenomena tersendiri di lingkungan NU, terlebih lembaga tersebut digawangi aktivis muda NU.
“Kemunculan gerakan sosial Islam mereka dipengaruhi dinamika perpolitikan negara, seperti LKiS muncul pada era Orde Baru yang represif, sedang Fahmina dan The Wahid Institute hadir di tengah keterbukaan politik masa reformasi,” ungkapnya.
Ditambahkan dia, kekuatan gerakan sosial sejumlah LSM yang ia teliti, terletak pada isu utama yang dikembangkan yakni bersentuhan langsung persoalan riil di masyarakat.
“Gerakan sosial Islam mereka diorientasikan pada transformasi sosial keagamaan di Indonesia untuk kehidupan yang lebih demokratis, berkeadilan, dan saling menghargai di tengah masyarakat Indonesia yang plural sebagai wujud civil society,” pungkas dia. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)