Daerah

Tokoh NU Banyuwangi: Idul Adha Belajar Merengkuh Keluarga Ideal

Kam, 8 Agustus 2019 | 03:00 WIB

Tokoh NU Banyuwangi: Idul Adha Belajar Merengkuh Keluarga Ideal

KH Ahmad Shiddiq, Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwari, Kertosari, Banyuwangi.

Banyuwangi, NU Online
Banyak hal yang dapat dipetik dari Idul Adha. Salah satunya adalah belajar dan berharap meraih keluarga ideal. Ketaatan yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail dengan penuh ketulusan hati dan ketundukan, tanpa tendensi keduniawian.
 
Karenanya ilmu tentang parenting kepada anak juga sangat penting dalam pendidikan. 
Penjelasan ini disampaikan Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, KH Ahmad Shiddiq. Bahwa hikmah Idul Adha yang diselenggarakan tiap tahun terdapat keluasan untuk umat Islam yang mengetahui.
 
Gus Shiddiq sapaan karibnya merujuk QS. as-Saffat ayat 102 tentang percakapan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bagaimana melaksanakan ketaatan di jalan Allah SWT. Tanpa pengecualian meskipun berat, jika tanpa memiliki kedalaman ilmu dan ketakwaan.
 
"Di usia Nabi Ibrahim yang tidak muda diuji oleh Allah SWT belum memiliki keturunan. Setelah dimiliki, ada perintah untuk menyembelih atas petunjuk yang diperolehnya melalui mimpi. Syahdan, Ismail mengabulkan penyembelihan itu," terangnya saat dimintai keterangan, Kamis (8/8).
 
Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwari, Kertosari, Banyuwangi tersebut menilai keluarga yang dibangun oleh Nabi Ibrahim adalah keluarga ideal. Semua itu adalah buah kekuatan fondasi ketakwaan dan keilmuannya yang ditanam untuk pribadi maupun keluarga.
 
"Ketaatan yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail dengan penuh ketulusan hati dan ketundukan, tanpa tendensi keduniawian,” terangnya. 
 
Menurutnya, ilmu tentang parenting kepada anak juga sangat penting dalam pendidikan. Karena keluarga adalah tempat pendidikan utama dan pertama. “Tanggungjawab orang tua bukan hanya membiayai dan membesarkan, melainkan juga mendidiknya," jelas dia.
 
Hikmah Nabi Ismail itu juga penting dipelajari bagi pemuda. Dengan terus mendalami ketakwaan dan keilmuannya yang dimiliki.
 
"Jargon NKRI harga mati dan Pancasila jaya harus diupayakan pula oleh kalangan pemuda. Dengan membekali keilmuan dan ketakwaan yang kuat. Tidak hanya terjebak hanya pada kemasan. Terpenting adalah esensi," kata Gus Shiddiq.
 
Miris, dirinya melihat fenomena publik dalam mengamalkan nilai-nilai keislaman konteks saat ini hanya terpaut kepada bungkus, bukan esensinya.
 
"Pemuda harus menguasai keilmuan. Baik ilmu agama ataupun dunia. Barangsiapa yang ingin dunia, wajib atasnya memiliki ilmu. Siapa yang ingin akhirat, wajib atasnya memiliki ilmu. Barangsiapa yang ingin keduanya wajib atasnya memiliki ilmu. Sudah jelas," pungkas Gus Shidiq.
 
Pewarta: M Sholeh Kurniawan
Editor: Ibnu Nawawi